INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Waktu pelaksanaan pekerjaan normalisasi Saluran Sekunder (SS) Anjatan yang dilaksanakan PT. PP KSO diduga mulur. Akibatnya pasokan air baku untuk lahan pertanian di wilayah hilir tersendat, seperti yang dialami petani di areal pertanian Desa Patrol Baru, Patrol Lor dan Mekarsari Kecamatan Patrol, serta sebagian lahan pertanian Desa Sumuradem Timur Kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu.
Sementara, memasuki Musim Tanam (MT) Gadu 2024, aktifitas pertanian sudah mulai tanam dan bahkan sebagian masih olah lahan dengan kebutuhan air baku cukup tinggi, sedangkan kondisi air di Bendung Salamdarma mengalami penurunan ditambah aktifitas alat berat jenis ponton dan tumpukan sedimen turut menghambat distribusi air di sepanjang SS.Anjatan.
Selain itu, hunian warga di sepanjang tanggul di sebelah barat SS. Anjatan yang sebagian bangunannya sudah dibongkar untuk akses alat berat, belum dapat melakukan perbaikan karena menunggu pekerjaan normalisasi rampung, sehingga menimbulkan kekhawatiran warga jika tiba-tiba hujan turun karena air hujan tersebut masuk kedalam rumahnya.
Seperti diungkapkan salah seorang warga Desa Limpas, Watim (55), begitu mendengar adanya instruksi dirinya bersama warga lain yang tinggal di tanggul SS. Anjatan langsung membongkar sebagian bangunan sesuai kebutuhan untuk akses alat berat, sehingga ketika hujan, air hujan masuk kedalam rumah, sementara hendak melakukan perbaikan belum bisa dilakukan karena menunggu pekerjaan selesai.
“Sedari awal pemberitahuan akan adanya pekerjaan kami sudah membongkar bangunan, namun pekerjaannya lambat sehingga beresiko ketika turun hujan,” ungkapnya, Selasa, 6 Agustus 2024.
Dia juga mengeluhkan, meski menyadari bahwa lahan yang ditempatinya adalah milik negara sehingga bersedia ketika dianjurkan untuk pembongkaran, namun begitu berharap proyek normalisasi ini bisa cepat selesai agar bangunannya bisa segera diperbaiki, karena tidak ada lagi tempat tinggal selain rumah yang ada di tanggul tersebut.
“Kalau kami yang ada di tanggul ini sadar bahwa lahan ini milik pemerintah, mangkanya siap dibongkar ketika pemerintah membutuhkan, namun berharap proyek pengurasan ini cepat selesai karena kami akan melakukan perbaikan sebab tidak memiliki tempat tinggal lainnya,” keluhnya.
Salah satu pekerja proyek normalisasi SS.Anjatan, Her, ketika ditemui disela kegiatannya mengatakan, terhambatnya pekerjaan tersebut akibat padatnya bangunan liar (bangli) yang ada disepanjang SS.Anjatan terutama yang berada diantara saluran dan jalan Patrol – Anjatan, sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
“Kami sih pengen cepat selesai pak dan terhambatnya pekerjaan ini akibat adanya bangunan-bangunan yang padat di pinggir saluran, akhirnya sesuai petunjuk konsultan kami mengerjakan sebisa-bisanya saja,” terangnya.
Terpisah, Kepala Desa Patrol Baru, Rifa’i, menegaskan, seperti biasanya pasokan air baku pada MT Gadu mengalami penurunan, namun begitu sepanjang tidak ada hambatan di sepanjang SS.Anjatan maka meski debitnya rendah namun bisa sampai ke lahan pertanian sesuai jadwal gilir bagi air, akan tetapi dengan lambatnya pekerjaan normalisasi disinyalir menghambat aliran air ke wilayah hilir.
“Kami atas nama masyarakat petani mengehendaki agar pekerjaan normalisasi dipercepat sehingga air bisa mengalir dengan lancar,” tandasnya. (RC/Red/FP)
