INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Indramayu, H. Ruslandi menuding pihak PT.Pertamina(Persero) EP Asset 3 Field Jatibarang harus bertanggung jawab atas peristiwa semburan lumpur dan gas liar di Desa Pagedangan dan Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Indramayu hingga berdampak pada 165 rumah di wilayah RT. 11 dan 12.
Penegasan itu disampaikan menyusul banyaknya aspirasi dan informasi yang didapat dari Pengurus Anak Cabang dan Ranting PDI Perjuangan dan kunjungan kemarin bersama Forkominda Indramayu.
“Kemarin saya sudah hadir ditengah-tengah masyarakat terdampak dan memang peristiwa itu bukan masalah sepele, rakyat jangan dijadikan korban dan Pertamina tetap harus bertanggung jawab,”tuturnya kepada Fokuspantura.com,Senin(8/1/2018).
Bantahan, bahwa semburan gas yang dikeluarkan bukan milik PT Pertamina EP, sah-sah saja disampaikan, tetapi jeritan masyarakat diwilayah tersebut sangat menyentuk perasaan bagaimana selama kurun waktu bertahun-tahun lingkungan terdampak tidak sehat.
Pihaknya meminta kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, untuk meninjau ulang Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) atas sumur bor milik PT.Pertamina EP Asset 3 Fiel Jatibarang di wilaayah tersebut secara obyektif.
Sumur itu, kata Irlan, yang menjadi perdebatan ditengah-tengah masyarakat, sebelum ada sumur bor, tidak terjadi semburan-semburan yang menghawatirkan masyarakat, kemudian setelah ada sumur bor muncul keanehan kejadian yang sebelumnya belum pernah terjadi.
“Maksud saya jangan terburu-buru pihak tertentu mengeluarkan statement aktivitas Pertamina tidak ada korelasinya dengan semburan Gas termaksud, Jujur saja itu menyakitkan warga masyarakat dong,”terang Wakil Ketua DPRD Indramayu ini.
Sementara itu, General Manager PT Pertamina EP Asset 3, Wisnu Hindadari, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya berupaya untuk membantu mengurangi tekanan shallow gas tersebut, yaitu dengan mencoba mengalirkan gas dangkal tersebut melalui sumur BDA-02 atau membakar gas tersebut apabila tekanannya rendah.
Untuk kelancaran kegiatan tersebut, Ia mengharapkan dukungan masyarakat dan meminta jaminan keamanan kepada aparat keamanan yang hadir, baik dari Polsek Tukdana, Koramil Tukdana dan Polres Indramayu.
Pemerintah Daerah pun ikut berperan dalam penanggulangan semburan gas, dalam hal ini BPBD Indramayu telah membuat Posko Penanggulangan Bencana di Desa Pagedangan dan Sukaperna. Di samping itu, DLH Indramayu juga telah berkoordinasi dengan Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KemeLHK serta Dirjen Migas Kemen ESDM.
Pertamina EP Jatibarang Field pun mengambil langkah cepat dengan mengambil sampel gas dan lumpur tersebut untuk dilakukan uji lab. Tim Pertamina EP Jatibarang Field juga memastikan bahwa kondisi aktivitas sumuran masih normal dan tidak ada kebocoran pada flowline di sekitar lokasi.
Hasil analisa lab menyebutkan bahwa gas dari semburan gas memiliki komposisi berbeda dengan gas sumuran PT Pertamina EP terutama kandungan Methane (C1) dan CO2. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Indramayu pun telah mengundang Pertamina EP dan instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Indramayu, Muspida Indramayu, Muspika Tukdana dan pemerintah desa setempat untuk merumuskan penanganan semburan gas tersebut pada (29/12/2017) lalu di Aula Kecamatan Tukdana.
Dalam forum tersebut, Jatibarang Field Manager, Herman Rachmadi menyampaikan bahwa hasil uji lab dari semburan gas yang mucul di sawah dan rumah warga memiliki komposisi yang berbeda dengan gas yang diproduksikan Pertamina EP Jatibarang Field.
“Dari hasil uji lab dinyatakan bahwa ada perbedaan komposisi gas produksi kami dengan gas yang muncul di rumah-rumah warga. Perlu diketahui bahwa gas yang kami produksikan berasal dari kedalaman ±1.100 m sedangkan gas yang muncul ini merupakan gas dangkal dari sekitar kedalaman 100 – 200 meter,” jelas Herman Rachmadi kepada warga yang hadir.
