SUKRA, (Fokuspantura.com),- Dampak kelangkaan pupuk di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, disikapi serius oleh Asosiasi Kuwu Seluruh Indramayu (AKSI). Pasalnya ribuan hektar tanaman padi musim gadu terancam gagal panen akibat petani kesulitan memperoleh pupuk.
Menyikapi permasalahan tersebut Ketua Umum AKSI, Tarkani AZ bersama sejumlah Kepala Desa (Kuwu-red) mendatangi Gudang Pupuk Kujang Line (GPKL) lll Patrol, Desa Sumuradem Timur, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, dengan pengamanan unsur TNI dan Polri dari jajaran Kodim 0616 dan Polres Indramayu, Jum’at (28/8/2020).
Kedatangan para Kuwu di GPKL lll Patrol guna mendesak Manajemen PT. Pupuk Kujang agar segera menanggulangi kelangkaan pupuk dan dalam waktu dua hari kedepan bisa merealisasikan keinginan petani.
“Kami minta dua hari kedepan pihak Pupuk Kujang segera mendistribusikan pupuk sebab jika hingga hari Senin (30/8/2020) tidak ada realisasi maka 30 ribu warga Indramayu akan memenuhi jalur pantura, ” tegas Tarkani yang diaminkan para Kuwu.
Dikatakannya, sikap para Kuwu yang dilakukan saat ini atas dasar desakan warga mengingat pemerintah yang paling bawah dan berinteraksi langsung dengan masyarakat adalah Pemdes, sehingga yang paling labih awal dipersalahkan adalah Pemdes atau Kuwu, atas kondisi tersebut pihaknya mencoba meredam gejolak warga dan memfasilitasi untuk berupaya mendorong institusi terkait agar kesulitan pengadaan pupuk bisa tertanggulangi. Selain itu Indramayu sebagai salah satu lumbung pangan mengalami kekurangan suply pupuk, ini menjadi sesuatu yang ironis karena pencapaian target produksi dari ketahanan pangan nasional kurang mendapatkan didukungan fasilitas yang memadai salah satunya pupuk.
“Saat ini masih berupaya meredam warga akan tetapi jika keinginan mereka tidak terpenuhi maka rencana blokir pantura oleh puluhan ribu warga tidak dapat terbendung dan yang paling ironis adalah publik akan tahu bahwa Indramayu sebagai salah satu lumbung padi nasional mengalami kesulitan pupuk, ” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Poktan Asri Wijaya Desa Karanglayung, Abas Kartam, menjelaskan, alokasi pupuk yang seharusnya untuk wilayah Kecamatan Sukra sebanyak 1.821 ton akan tetapi berdasarkan catatannya sejak bulan Januari 2020 hingga kini setiap bulan ada pendistribusian pupuk yang terakumulasi dengan jumlah 1.644 ton, sedangkan ada beberapa bulan tidak ada penggunaan pupuk karena belum dilakukannya penanaman padi sehingga patut dipertanyakan kemana alokasi pupuk tersebut dan bagaimana dengan kekurangannya.
“Untuk Kecamatan Sukra sendiri ada kejanggalan, karena setiap bulan ada pendistribusian pupuk meski ada beberapa bulan kekosongan masa tanam dan ketika petani benar – benar membutuhkan, pupuk mengalami kekosongan,” terangnya.
Ditempat yang sama GM Pemasaran PT. Pupuk Kujang, Ficry Martawisuda, didampingi Acount Executive, Hendra Permana, mengatakan, persoalannya adalah bukan kelangkaan pupuk akan tetapi kebetulan alokasi untuk Indramayu sudah habis dan saat ini baik dari Indramayu maupun Propinsi Jawa Barat sedang dilakukan pengajuan guna dilakukan penambahan alokasi ke Kementrian Pertanian dan dalam proses penambahan, kemudian sesuai regulasi pihaknya hanya boleh menyalurkan pupuk sesuai dengan alokasi dan berdasarkan RDKK yang sudah ditentukan, diharapkannya pihak Kementan segera melakukan penambahan atau realoksi sehingga kebutuhan pupuk di Indramayu bisa terpenuhi, sedangkan untuk kebutuhan pupuk di Kabupaten Indramayu itu sendiri sekitar 65 ribu ton dan baru teralokasikan sekitar 40 ribu ton sementara RDKK yang sudah terupdate adalah 51 ribu adapun sisanya pihak Dinas Pertanian sedang melakukan pengajuan ke pusat.
“Kami akan suport agar penambahan pupuk bisa segera teralokasikan, sehingga kebutuhan pupuk di Indramayu dapat segera tertanggulangi ” ujarnya.
Menyinggung terjadinya kekosongan pupuk seperti yang diungkapkan salah satu kelompok tani, Ficry mengatakan, kekosongan atau hilangya pupuk tersebut diduga adanya perubahan kebiasaan penggunaan pupuk oleh petani dengan melakukan penambahan dosis penggunaan dari kebutuhan sebelumnya.
“Sebetulnya itu bukan hilang akan tetapi dimungkinkan ada penambahan dosis pengunaan oleh petani dari penggunaan sebelumnya, ” tandasnya.