KUNINGAN,(Fokuspantura.com),- Usaha dalam mempertahankan kehidupan dari berbagai kebutuhan memang tidak sama setiap profesi dalam bidang tertentu. Salah satunya, Nono (33) yang berprofesi sebagai pembajak sawah warga Desa Kalapa Gunung, Kecamatan Kramatmulya ini menerangkan, untuk upah dalam mengambil keuntungan dari pekerja sebagai bajak sawah.
“Saya menekuni usaha ini sudah puluhan tahun,” ungkap Nono saat dietemui di lahan sawah garapannya, Kuningan Rabu (7/3).
Nono yang sebelumnya menggunakan alat bajak tradisional, atau menggunakan tenaga kerbau. Kini dirinya melakukan dengan alat modern alias dengan mesin tracktor ukuran kecil.
“Cara kerjanya siih sama saja seperti menggunakan kerbau, namun bedanya dalam kekuatan mengolah lahan sawah. Ya, dulu kita ditentukan dengan seadanya tenaga kerbau dan sekarang, justru kita yang menentukan untuk waktu bekerja, ” kata Nono disela sela istirahat penyambutan (pengolahan, red) lahan sawah.
Menyinggung soal upah atau pendapatan, kata Nono, dari usaha pengolahan atau bajak sawah itu, tidak lebih seratus ribu untuk perharinya.
“Sekarang kita hitung, meneggunakan mesin kercil untuk bajak sawah. Maksimal dalam perhariu itu 200 bata. Nah, ongkos atau jasa yanh kita dapat perseratus bata itu sebesar Rp. 200 ribu. Kemudian, dibagi dua orang kerja, kebutuhan solar dan perawatan mesin,” jelas Nono seraya menambahkan, bahwa kerja sebagai bajak sawah ini memang sudah menjadi bagian hobi dala kehidupan dari cara bertanim.
“Kita tani paling nyaman itu bergaul atau silaturahmi dan bisa menikmati hasil jerih payah untuk bertahan hidup, ” imbuhnya.
