KANDANGHAUR,(Fokuspantura.com),- Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, mengatakan upaya pemerintah dalam melakukan penyelamatan lahan kekeringan di wilayah Kecamatan Kandanghaur dinilai lambat hingga menyebabkan banyaknya tanaman padi yang tidak bisa terselamatkan karena sudah mati.
‘’Ribuan hektare tanaman padi tetap puso karena terlambat airnya,’’ kata Waryono.
Menurutnya, tanaman padi yang bisa terselamatkan pun hasil produksinya tidak maksimal. Hal itu disebabkan saat usia tanam membutuhkan proses bunting biji padi, pasokan air tidak bisa masuk ke tanaman.
‘’Karena kurang air saat tanaman sedang bunting, maka bulir padi jadi gabug (kosong) dan berwarna keputihan,’’ kata Waryono.
Ia menyebutkan, rata-rata produksi padi di wilayah Kecamatan Kandanghaur saat ini hanya sekitar dua ton per hektare. Bahkan, ada yang hanya hitungan kuintal per hektarenya. Padahal, dalam kondisi normal, produksi padi mencapai lima sampai enam kwintal per hektare.
Kondisi tersebut dinilai sangat merugikan para petani. Untuk petani yang lahannya puso, kerugian yang mereka alami mencapai sekitar Rp 6 juta per hektare. Jumlah tersebut belum termasuk dengan hilangnya pendapatan panen yang seharusnya mereka peroleh jika puso tak terjadi.
Menurutnya, lahan padi yang puso, saat ini ditelantarkan begitu saja oleh pemiliknya. Mereka lebih memilih bermigrasi sementara ke Kecamatan Gabuswetan untuk menanam semangka jenis inul.
Hal yang sama juga terjadi diwilayah Desa Muntur Kecamatan Losarang, kendati pasokan air saat ini melimpah ke hampir saluran irigasi, namun kondisi tanaman sudah tak bisa menyerap sumber air.
Ribuan tanaman padi diwilayah Kecamatan Losarang sudah dapat dipastikan gagal panen alias puso hingga petani menagalami kerugiaan jutaan rupiah.
“Kondisi tanah sudah retak air sebagian biasa masuk ke lahan sawah, tetapi kondisi tanaman sudah layu dan mati, sehingga sulit diselamatkan,”kata Petani Asal Desa Muntur, Jaenal Muttaqin kemarin.
Sebelumnya, Sekitar 6.000 hektare areal tanaman padi yang tersebar di Kecamatan Kandanghaur, Losarang dan Gabuswetan terancam puso. Hal itu terungkap saat Penanggung jawab Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Provinsi Jawa Barat, Banun Harpini, bersama Dandim 0616/Indramayu, Letkol Agung Nur Cahyono, Wakil Bupati Indramayu, Supendi, dan berbagai pihak terkait lainnya meninjau langsung areal persawahan dan kondisi saluran irigasi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Selasa (31/7/2018) lalu.
Usai meninjau lapangan, Banun pun memimpin Rapat Koordinasi Pengelolaan Air, di Kantor Bupati Indramayu. Rapat itupun menghasilkan kesepakatan bersama tentang upaya penyelamatan kekeringan di Kabupaten Indramayu.
Dalam kesepakatan itu, air akan digelontorkan seluruhnya, tanpa gilir giring, untuk Kecamatan Kandanghaur, Losarang dan Gabuswetan, selama tujuh hari, mulai 1 Agustus 2018. Penggelontoran air tersebut diatur oleh kepala PSDA Kabupaten Indramayu dan diprioritaskan untuk lahan sawah yang terancam puso.
Namun dari upaya penyelamatan potensi puso sekitar 6.528 hektar selama pelaksanaan hasil Rakor kemarin, diprediksi hanya sekitar 70 persen kondisi tanaman padi di tiga Kecamatan tersebut dapat diselamatkan berkat upaya jajaran terkait Kementan, Pemkab Indramayu TNI dan Polri dalam menuntaskan masalah kekeringan diwilayah itu.