Kabupaten Indramayu dengan panjang pantai sekitar 114 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Kabupaten Cirebon sampai dengan batas wilayah Kabupaten Subang tak bisa lepas dari abrasi bibir pantai hingga puluhan meter setiap tahun terkikis disebabkan oleh amukan ombak. Triliunan rupiah anggaran pemerintah untuk mengatasi masalah abrasi bibir pantai itu tak kunjung usai. Namun dibalik kondisi degradasi pantai yang sudah merugikan lahan milik masyarakat muncul tanah timbul yang dapat dijadikan sebagai aset publik dalam wujud kawasan obyek wisata dan dapat memberikan akses manfaat bagi lingkungan sekitar.
Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat adalah satu dari sekian desa di pesisir pantai Utara Jawa, yang telah mampu melakukan inovasi dengan mengelola puing – puing abrasi menjadi kawasan obyek wisata yang patut dibanggakan. Pemerintah Desa setempat beserta seluruh komponen masyarakat telah menunjukan maha karya lewat sentuhan-sentuhan kreatif untuk mewujudkan impian yang saat ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat. Komunitas Pemuda yang tergabung dalam Gerakan Ujunggebang Bersih (GUB) merupakan pendongkrak revitalisasi lahan pantai dengan menyisir kawasan tambak yang tak terurus melalui hiasan selebaran sampah.
Dukungan Pemdes setempat pada tahun 2016 lalu, telah andil dan sepakat untuk menyulap pantai yang biasa dipakai sebagai tempat tongkrongan anak muda tanpa maksud yang jelas, menjadikan sebuah obyek wisata meski dengan konsep yang masih sangat sederhana dan kemudian memberinya nama “Pantai Plentong” sebagai wujud historia mengenang kampung yang hilang.
Lewat brand wisata “Pantai Plentong” itulah mampu merubah wajah pantai laut Ujunggebang menjadi pusat wisata alternatif dan berhasil membawa harum Kabupaten Indramayu. Nama Plentong sendiri dinukil dari nama Blok atau Kampung yang sudah hilang tergerus abrasi puluhan tahun. Di Blok itu lahir dan diabadikan lewat pusat wisata yang kini sudah terus mendapat pengakuan dari masyarakat luas.
“Nama Plentong diambil dari sebuah blok atau dusun yang dulu banyak pemukiman sekarang musnah diterjang ombak,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Desa Ujunggebang, sekaligus saksi sejarah, Rusdi (73) disela acara jumpa pers peringatan HPN 2019 yang diselenggarakan PWI Indramayu, di area Pantai Plentong, Sabtu (23/2/2019).
Bagaimana tidak, selama dua tahun terakhir ini, lonjakan pengunjung saat liburan akhir pekan dan akhir tahun tak kurang dari puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Mereka wisatawan dapat menikmati indahnya fenomena alam disaat terbenam matahari dan berlibur bersama keluarga lewat wahana wisata yang dipersiapkan pengelola selama ini.
Dikutip dari Poskotanews.com, salah seorang warga Kecamatan Patrol, Leha (23)ditemui Pos Kota, Sabtu (17/11/18) mengatakan, Pantai Plentong di Desa Ujunggebang memiliki kelebihan di bandingkan pantai-pantai lainnya yaitu keindahan panorama alam yang cukup memikat.
Selain itu dari waktu ke waktu, pengelola wisata Pantai Plentong terus melakukan pembenahan-pembenahan, sehingga mengundang daya tarik para pengunjung.
“Saya bersama keluarga, sudah empat kali berkunjung ke Pantai Plentong ini. Terkadang bareng teman – teman, keluarga dan saudara. Bagi Saya dan keluarga, keberadaan wisata Pantai Plentong ini merupakan solusi yang tempat untuk berekreasi keluarga, sesuai motonya berwisata itu tidak perlu mahal tetapi murah, meriah, nyaman ditunjang pemandangan alam yang cukup mendukung,” ucap Leha.
Destinasi Pantai Plentong yang terus menjadi pilihan masyarakat untuk berlibur ternyata mendapat dukungan penuh dari PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu. Lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) telah mendorong kemandirian Ekowisata Pantai Plentong dengan roadmap berjenjang hingga tahun 2022 nanti.
General Manager PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu, Arif Teguh Sutrisno, melalui Manajer Keuangan dan Administrasi, Eko Setyawan, mengatakan, pihaknya melirik potensi yang ada di Pantai Plentong untuk dikembangkan sebagai ekowisata yang patut dibanggakan sebagai destinasi wisata Indramayu.
Perusahaan Energi Listrik yang berada disekitar kawasan tersebut sudah bekerjasama dan terus mencanangkan program lingkungan sejak tahun 2017 hingga program tersebut terus disosialisasikan. Diawalai dengan konservasi mangrove melalui penanaman green belt sepanjang 1000 meter serta penambahan wahana wisata pantai dan pada tahun yang sama pula digelar lounching perencanaan kawasan wisata Pantai Plentong oleh Dirjen KLHK dan Bupati Indramayu.
“Kami melirik adanya potensi di Pantai Plentong untuk peningkatan ekonomi masyarakat, sehingga pada tahun 2017 kami mulai meluncurkan program unggulan wisata Pantai Plentong berbasis ekonomi kreatif dan pada tahun berikutanya dilakukan lounching pelaksanaan program,” tuturnya.
Dikatakannya pula, untuk tahun 2019 ini pihaknya akan menyelenggarakan festival sepanjang tahun dan dalam kurun waktu tiga tahun kedepan akan melakukan kegiatan pembinaan guna pematangan kelembagaan pengelolahan Pantai Plentong, disamping terus melakukan pembangunan infrastruktur pantai dengan penambahan wahana wisata serta mewujudkan beach market, sehingga aka mendorong tercapainya target kemandirian ekowisata Pantai Plentong ditahun 2022 akan terwujud.
“Kami akan terus mendorong terciptanya ekowisata Pantai Plentong sehingga di tahun 2022 bisa tercapai sesuai yang ditargetkan PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu,” pungkasnya.
Kepala Desa Ujunggebang H. Kusnato, SE, menambahkan, hamparan lahan termasuk pemukiman warga yang tergerus abrasi sekitar 200 hektar dengan radius 7 kilometer dari bibir pantai yang sekarang, hal itu berdampak serius pada perokonomian warga baik pemilik lahan maupun kaum buruh, yang kemudian komunitas pemuda Desa Ujunggebang yang tergabung dalam GUB mencoba merintis pantai di Blok Pegagan sebagai obyek wisata sekaligus mengabadikan Plentong sebagai nama ekowisata yang saat ini dikembangkan dibawah pengelolahan Bumdes Maju Desa Ujunggebang meski dengan sediaan anggaran yang sangat terbatas.
“Kesadaran pemuda yang tergabung dalam GUB cukup tinggi untuk menyelematkan pantai, hanya saja kendala yang dihadapi dalam hal pengembangan ekowisata Pantai Plentong adalah adanya keterbatasan anggaran,” ujarnya.
Upaya penanggulangan masalah atas keterbatasan anggaran, kata Kusnanto pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) dan juga PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu, guna kelangsungan pengembangan ekowisata tersebut dan penanggulangan pantai dengan potensi abrasi yang cukup tinggi dan dari pengajuan yang dilakukan, dalam waktu dekat BBWSC akan merealisasi break water di area Pantai Plentong, adapun untuk pengembangan ekowisatanya, manajemen PT. PJB telah menggelentorkan anggaran guna menopang pemberdayaan warga dan menjadikan ekowisata Pantai Plentong sebabagi binaan PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu sebagai implementasi program unggulan CSR perusahaan dengan basis ekonomi kreatif.
“Dalam waktu dekat Pantai Plentong akan dibuat break water sehingga permasalahan abrasi dapat tertanggulangi dan untuk pengembangan ekowisata pihak PJB tetap berkomitmen untuk mengusung Pantai Plentong berbasis ekonomi kreatif dengan integrasi beach market sebagai sentra pemberdayaan masyarakat,” tuturnya.
Para pelaku ekowisata Pantai Plentong yang hampir sukses membawa brand Destinasi Wisata Kota Mangga berharap, keberadaan lahan Wisata Pantai Plentong yang dahulu tidak terurus dan saat ini ternyata memiliki daya jual luar biasa, akan mampu memberikan peningkatan perekonomian bagi kesejahteraan masyakarat khususnya warga Desa Ujunggebang dan umumnya Kecamatan Sukra serta mampu memberikan kontribusi bagi Pemkab Indramayu.
Wallahu ‘alam Bisshoab.