CIREBON, (Fokuspantura.com),- Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon , Hj. Yuningsih, MM.minta Hiburan Malam yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon ditutup Selama bulan Ramadhan. Permintaan tersebut muncul karena Wakil rakyat dari fraksi PKB ini tidak ingin kaum muslim yang melaksanakan ibadah puasa terganggu oleh hingar bingarnya hiburan malam.
Menurut Yuningsih Saat dihubungi melalui hubungan seluler,Minggu (28/05),seharusnya semua hiburan malam ditutup sampai Ramdhan Berakhir. Hal ini selain terkait pencegahan arogansi organisasi masyarakat (Ormas) islam, juga agar orang yang melaksanakan ibadah puasa tidak terganggu oleh hal-hal yang berbau “kemaksiatan”.
“Untuk menghindari sweeping ormas, pihak Dewan meminta agar para pengusaha hiburan malam bisa menghormati momentum umat muslim ini”.Tukasnya.
meski demikian Yuningsih menyampaikan pula memang salah satu pendapatan asli daerah adalah dari hiburan, namun berapa pun jumlah pendapatan dari dunia hiburan malam ini, tidak seberapa dibanding kerukunan antar warga masyarakat di Kabupaten Cirebon. Kendati bulan Ramadhan biasanya lebih ramai dibanding bulan-bulan biasa, namun demi mejaga stabilitas politik dan keamanan daerah maka hiburan malam tetap harus ditutup.
“Seluruh hiburan malam yang ada di kabupaten Cirebon selama ramadhan ini seharusnya ditutup. Jangan sampai hiburan malam yang tetap beroperasi menjadi pemicu tindakan arogansi beberapa ormas islam dan menimbulkan pertikaian yang tidak diinginkan. Nah bila terjadi pelanggaran, saya minta (ormas Islam.Red.)jangan bertindak sendiri. Serahkan pada yang berwajib. Silahkan laporkan segala hal yang dianggap pelanggaran kepada kepolisian. Jangan main hakim sendiri.” Jelas Yuningsih Kepada Fokuspantura.com.
Sementara itu sejumlah pengusaha hiburan malam menyambut baik adanya permintaan dari pimpinan legislatif daerah ini. Mereka siap menutup usaha hiburan malamnya selama Ramdhan demi menghormati umat muslim dan untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu sekelompok orang yang bertindak anarkis. Mereka juga tidak akan menjual minuman keras (Miras) selama Ramadhan.Namun mereka pun meminta kebijakan agar mata pencahariannya masih bisa berpenghasilan.
Salah seorang pengelola hiburan malam di kawasan By Pass Kedawung, Muhdi (37), kepada Fokuspantura.com, mengatakan, setiap tahunnya memang ada himbauan dari pemerintah Kabupaten Cirebon, namun biasanya ada sedikit penolakan dari para pengusaha hiburan malam. Pasalnya mereka akan hilang pendapatan. Tidak hanya pengelola, karyawan yang bekerja di tempat tersebut pun tidak ada pemasukan. Pihak pemilik lokasi hiburan malam yang melakukan penolakan ini meminta jalan tengah agar mereka tetap bisa beroperasi di bulan ramadhan namun tidak terlalu mengganggu umat Islam dalam melaksanakan ibadahnya.
“Jika ditutup selama ramadhan, jelas kami akan kehilangan pemasukan. Apalagi bulan-bulan ini sangat ramai. Bila ditutup tanpa ada jalan keluar,maka kami dan seluruh karyawan akan kehilangan pendapatan. Tolonglah biarkan kami tetap buka walaupun dibatasi jam bukanya. Biar kami juga tetap jalan dan masih berpenghasilan.” Pinta Muhdi.
Sementara itu pengamat Sosial Arief Rachman menilai sudah waktunya hiburan malam beristirahat selama bulan ramadhan. Mereka sudah mendapatkan penghasilan dari usaha hiburan malam setidak-tidaknya selama sebelas bulan, sehingga tidaklah mengapa jika para pengusaha ini menutup usahanya pada bulan ramadhan ini. Adapun jalan tengah yang bisa ditempuh antara Pemerintah daerah dan Pengusaha hiburan malam salah satunya adalah dengan berinovasi. Misalnya dengan merubah suasana hiburan yang semula berbau “mesum” kearah hiburan yang bernuansa Islami. Tidak menjual minuman beralkohol dan tidak menyajikan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam. Jalan tengah seperti ini mungkin merupakan hal yang terbaik agar diantaranya untuk mengantisipasi perselisihan berbagai pihak yang terkait.
“Sudah pasti akan ada resiko. Kehilangan penghasilan bagi para pengusaha dan karyawan pasti akan terjadi. Namun ini bisa dihindari kalau saja para pengusaha mau berinovasi atau mengatur ulang cara memberi hiburan. Contohnya saja seperti film. Meski konfliknya perang, namun bila dikemas dalam suasana keagamaan tetap menarik. Nah para pengusaha hiburan malam pun tidak menutup kemungkinan bisa berinovasi. Tetap ada hiburan malam namun dengan konsep baru yang tidak menimbulkan gesekan pihak lain.” Kata Arief.
Arief juga menambahkan sudah seyogyanya sesama makhluk sosial harus saling menghormati. Ada resiko yang harus diambil demi menjaga kondusifitas sosial ini.Apapun resiko tersebut harus bisa diterima oleh semua pihak. Bila ada perselisihan maka tempuhlah secara musyawarah dan sesuai aturan yang berlaku.(Ibrahim)