Oleh : Nanang K Mahasastra *)
BAGAIMANA kita memahami model kritik dari tiga varian kritik yang disampaikan mas adlan?
Pertama, memahami kritik yang disampaikan Ketua Partai NasDem Kabupaten Indramayu dalam kontek relasi kekuasaan, harusnya dengan menempatkan secara obyektif wilayah kritik berasal, bahwa kritik Ketua Partai Nasdem merupakan wilayah “unsich kritik politik” artinya apa yg disampaikan Ibrahim tidak bisa dianggap mewakili persepsi publik, frasa ” Nina tidak akan terpilih di 2024″ merupakan frasa menjebak dan menghantam nilai kritik ibrahim sendiri.
Dia (Ibrahim red)melepas perkakas moral dalam kritiknya dan hanya bicara dalam persepsi politik belaka, karenanya saya menilai kritikan itu bersifat tendensius sekaligus ambisius yang ingin menempatkan Ibrahim pada posisi politik setara dengan Bupati dalam kontek pertarungan politik pada tahun tahun mendatang, atau bisa juga dilihat bahwa kritik politik Ibrahim oleh sebab dia menemui jalan buntu membangun konsensus politik dengan Bupati, padahal ada ruang khusus yang konstitusional perkakas politik.
Kedua: meski pak Adlan mengakui polling yang beredar tidak kredibel secara metodologi, tapi menempatkan hasil polling itu pada salah satu varian kritik, jelas kurang tepat, sebab sebagai sebuah ilmu pengetahuan, polling politik atau apapun sejenisnya apalagi objek utamanya adalah kekuasaan politik beserta resiko resiko politik yang ditimbulkanya, jelas mempunyai konsekwensi pengetahuan sekaligus moral yang harus dipertaruhkan kebenaran dengan seperangkat rumusan teoritik yang mengikatnya, artinya menempatkan polling akrobatik dalam memahami persepsi publik merupakan kesimpulan yang terburu buru.
Ketiga: bahwa Nina merupakan bupati yang dipilih dari rahim demokrasi inklusif, dia memenangkan pertarungan politik dengan menerabas skat makna antara pemimpin dan penguasa, apakah itu perlu mempengaruhi gaya komunikasi politiknya?. Gaya komunikasi apapun yang dipilih pemimpin tidak bisa diartikan dalam makna tunggal bahwa Nina anti demokrasi misalnya, apalagi hanya karena ada keraguan bahwa Nina mampunyai kuota terbatas dalam mengelola kritik publik dan perlu diketahui bahwa Nina adalah bupati yang aktif dalam semua platform media sosial, dan interaksi dengannya terjadi secara langsung, publik seketika bisa menyampaikan masalahnya melalui media sosial yang dikelola langsung oleh bupati nina sendiri.
Artinya apa? Bicara soal kuota kesabaran mengelola kritik publik, Bupati Nina sudah teruji, soal belum sempurna, ya pasti. Sebab tidak ada kesempurnaan yg absolut apalagi dilahirkan dari kekuasaan yang belum genap berusia 28 bulan.
Wallohu a’lam bisshawwab
*) Penulis adalah Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Indramayu
Terkait