Fokus NewsFokus PanturaPertamina Tangani Semburan Gas Liar di Indramayu

Pertamina Tangani Semburan Gas Liar di Indramayu

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Bupati Indramayu, Anna Sophanah mengatakan PT Pertamina sedang menangani semburan gas liar di Desa Pagedangan dan Sukaperna Kecamatan Tukdana. Ia berharap masyarakat tidak terprovokasi isu tidak benar tekait semburan gas tersebut.

“Semburan gas saat ini tengah ditangani oleh Pertamina, untuk itu semua pihak harus bisa menahan diri dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak luar,” katanya, di Indramayu, Kamis (11/1) seperti dikutip Repiblika.com.

Dalam kunjungannya di lokasi semburan Desa Sukaperna, Bupati menegaskan, walaupun kandungan gas yang keluar tersebut tidak berbahaya, namun semua pihak harus tetap waspada, terlebih beberapa warga mengaku sempat mengalami pusing-pusing bahkan Gas tersebut juga mudah terbakar.

“Semburan gas yang keluar pada akhir 2017 tersebut harus menjadikan semua pihak lebih waspada terhadap datangnya bencana yang setiap saat bisa mengintai kapanpun,” tuturnya.

Kepala Legal and Relation Pertamina Jatibarang, Ery Ridwan mengatakan semua pihak telah turun untuk melihat semburan gas tersebut dan pihaknya hanya membantu dengan mengerjakan upaya pengurangan semburan gas. Dengan cara akan mengalirkan ke saluran gas rawa yang dimiliki oleh Pertamina dengan kedalaman antara 100-300 meter.

“Kita melubangi saluran gas ini dengan harapan gas tersebut bisa ketarik masuk ke dalam. Namun jika tidak bisa, akan dilakukan modifikasi atau dengan menyalurkannya kemudian dilakukan pembakaran dengan membuat flare,” katanya lagi.

Sementara itu,Pusat Penelitian dan Pengembangan(Puslitbang)Geologi Kelautan, Subastian Lubis dalam caatatan yang dikutip PPPGL’s blog mengungkapkan, munculnya beberapa semburan gas di sawah dan pemukiman penduduk saat ini telah berdampak meningkatnya kekhawatiran masyarakat setempat karena trauma dengan kejadian semburan gas gunung lumpur panas Lapindo, Porong.

Padahal, kejadian semburan gas ini (lazim disebut gas rawa) merupakan fenomena geologi yang umum di kawasan bekas sungai atau rawa purba. Pemetaan geologi kelautan sistematik di wilayah perairan dangkal Laut Jawa dan Selat Madura yang dilakukan oleh PPPGL sejak tahun 1990an memperlihatkan indikasi adanya sumber gas rawa atau gas biogenik yang terperangkap pada kantongkantong sedimen Holocene.

Gas biogenik merupakan salah satu sumber energi baru yang murah dan lebih ramah  lingkungan. Hasil analisa komposisi gas dari beberapa pemboran dangkal dikawasan pesisir menunjukkan kandungan gas metana (CH4) sebesar 2976,6 ppm.

Berdasarkan indikator jenis gas δ13C memperlihatkan kisaran antara –84‰ s/d –66‰. Dengan demikian, gas methan ini termasuk jenis gas biogenik, bukan gas petrogenik/termogenik yang berasal dari rembesan reservoir hidrokarbon.

Secara teoritis,gas biogenic yang merembes keluar pada lubang bor dangkal dengan tekanan 23 Kg/m2 dapat menghasilkan energi listrik sebesar 0,5 KW/jam menggunakan generator yang khusus berbahan bakar methan.

Menurutnya, gas biogenik yang merembes ke permukaan ini adalah gas yang murni berasal dari alam sehingga secara langsung tidak berbahaya bagi mahluk hidup, namun dalam kandungan yang pekat (dalam ruang tertutup) akan mudah terbakar walaupun tidak bersifat eksplosif. Kemunculan gas biogenik pada sawah, rawa ataupun tambak tidak secara langsung mempengaruhi kualitas air, karena gas methan tidak bereaksi dengan air. Di Selat Madura banyak dijumpai rembesan gas biogenik berupa gelembung-gelembung yang keluar dari dasar laut, namun tidak memberikan dampak yang berarti bagi kehidupan biota bawah laut.

Namun demikian, keberadaan poket gas biogenik ini juga pernah membawa musibah pada pemboran migas lepas pantai. Pada tahun 1991, perusahaan minyak Korea Kodeco terpaksa memotong salah satu kaki rig pemboran di Selat Madura karena ambles saat menyentuh dasar laut yang mengandung gas biogenik. Akhirnya salah satu kaki rig terpaksa dipotong agar rig tidak bertambah miring dan tenggelam.

Satu hal penting jika ditemukan kemunculan rembesan gas biogenik yang ekstrim adalah perlunya kajian tentang adanya kemungkinan tekanan tambahan sebagai pemicu naiknya tekanan gas. Banyak dijumpai bahwa rembesan/semburan gas biogenik ini terjadi di sekitar sumur-sumur pemboran migas. Ada dugaan bahwa tidak sempurnanya sistem casing lubang bor mengakibatkan bocornya tekanan yang selanjutnya memicu gas biogenik ini naik ke permukaan.

Dugaan lain menyebutkan bahwa memang struktur tanah permukaan di sekitar lubang bor biasanya merupakan daerah yang lebih lemah akibat getaran eksplorasi atau kegiatan seismik sebelumnya, sehingga gas biogenik ini terpicu menerobos dan merembes ke permukaan melalui rekahan-rekahan atau daerah lemah (sesar ?). Untuk memastikan suatu rembesan gas biogenik ini murni sebagai gejala geologi atau bercampur dengan gas dari aktifitas pemboran migas, biasanya dilakukan uji analisa isotop carbon.

Jika kandungan gas methan biogenik ini antara -90<δ13C<-45 maka termasuk sebagai gas rawa murni, tetapi jika δ13C>-45 maka termasuk gas methan petrogenik yang berasal dari rembesan reservoir migas. Jika gas biogenik ini bercampur dengan gas petrogenik maka rembesan gas mempunyai tekanan yang relatif tinggi dan rembesan gas disertai dengan keluarnya lumpur dari lapisan formasi yang berumur lebih tua (pra-Quarter).

ads

Baca Juga
Related

Tahajud Call Comunity Bantu Fakir Miskin dan Duafa

INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Komunitas masyarakat muslim yang tergabung dalam Tahajud...

Kang Uu Siap Kembangkan Ekonomi Syariah di Jabar

KUNINGAN,(Fokuspantura.com),- Masyarakat Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan menginginkan pemerintah mendorong...

Korupsi Tolok Ukur Moralitas dan Cinta NKRI

  Korupsi Tolok Ukur Moralitas dan Cinta NKRI Oleh: Martono Maulana,...

Ali Wardhana Resmi Daftar Cabup PKB

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Kabupaten Indramayu kembali...
- Advertisement -

FokusUpdate

Popular

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu