INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Kordinator Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Propinsi Jawa Barat, Banun Harpini melakukan peninjauan lahan pertanian di tiga Kecamatan yakni Terisi, Gabuswetan dan Kandanghaur serta meninjau kondisi irigasi manfaat dari Sungai Induk Cipelang. Sela
“Kita mengecek langsung kondisi lapangan, mengevaluasi penanganan masalah air di 3 kecamatan dan siapkan langkah antisipasi untuk perkecil dampak cuaca ekstrim yang diperkirakan bakal datang sampai 2,5 bulan mendatang,” kata Banun.
Dalam kunjungan tersebut, ditemukan 258 ha tanaman padi umur 50-60 hari yang puso dan sekitar 6.350 ha yang berpotensi puso jika dalam waktu 7 hari kedepan tidak terairi.
Banun juga mengidentifikasi kelompok tani yang terkena puso dan segera mengusulkan untuk pengajuan klaim asuransi pertanian ke Jasindo atau bank yang terkait serta meminta pejabat dari Ditjen PSP untuk percepatan proses pembayaran klaim asuransi petani di wilayah Kecamatan Kandanghaur.
Belajar dari pengalaman ini, Banun mengajak para petani yang belum mengikuti program asuransi pertanian yang telah dikembangkan oleh Kementerian Pertanian, untuk dapat segera bergabung di musim tanam depan. Ia pun menghimbau para petani untuk disiplin melaksanakan tanam serentak per golongan air. Menurut pengamatan di lapangan, terlihat bahwa tanaman yang puso, rata-rata adalah lokasi dengan masa tanam yang terlambat.
Saat ini, untuk penyelamatan tanaman padi yang berpotensi puso seluas 6.350 ha, Banun dan Wakil Bupati Indramayu meminta BBWS Cimanuk Cisanggarung untuk mengaliri air sawah di 3 kecamatan terdampak selama 7 hari tanpa gilir giring dan menugaskan Kepala PSDA Kabupaten Indramayu untuk kawal mengawal gelontoran air tersebut.
Bahkan, secara khusus Dandim 0616 Indramayu memerintahkan kepada Koramil Gabuswetan untuk tegas melakukan tangkap tangan kepada oknum pencuri air yang diduga mengkomersialkan air.
“Air ini sumber kehidupan petani, maka tidak boleh ada mafia yg memain-mainkan air”, tegas Agung.
Tinjauan lapangan juga turut dihadiri Wakil Bupati Indramayu, H. Supendi serta instansi terkait Pemda yakni : Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung, Kepala Dinas PSDA Kabupaten Indramayu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu serta Direktur Irigasi Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian dan Kepala Bagian Umum Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.
Gelar Rakor Pengelolaan Air Indramayu dan Cirebon
Langkah antisipasi yang dilakukan jajaran tim Upsus dikoordinasikan dengan jajaran Pemda Cirebon dan Indramayu, seiring informasi dilansir oleh BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka diprediksi bakal ada empat desa di wilayah Ciayumajakuning yang berpotensi dilanda kekeringan ekstrem pada musim kemarau kali ini, yaitu Desa Sindangjawa dan Desa Wanasaba Kidul di Kabupaten Cirebon, Kelurahan Kesunean di Kota Cirebon, serta Desa Talaga di Majalengka.
“Lokasi ini yang akan menjadi fokus untuk mengurangi dampak cuaca ekstrim sekecil mungkin, dan saya minta jangan sampai ada yang memanfaatkan kondisi ini, kita harus bersama support petani,” tegasnya saat gelar rapat koordinasi pengelolaan air bersama bupati Cirebon dan Indramayu di pendopo kabupaten Indramayu, Selasa (31/7/2018).
Bahkan menurut data BMKG, keempat desa tersebut diperkirakan bakal mengalami hari tanpa hujan hingga lebih dari 60 hari atau 2 bulan. Bahkan, Desa Sindangjawa dan Kelurahan Kesunean diprediksi mengalami hari tanpa hujan selama 85 hari. Sementara Desa Wanasaba Kidul diperkirakan mengalami hari tanpa hujan selama 84 hari, sementara Desa Talaga, Majalengka, diprediksi hanya mengalami 64 hari tanpa hujan.
Menurut Banun, seperti tahun lalu pihaknya bekerjasama dengan dua pemerintah daerah terdampak dengan mengoptimalkan embung dan saluran irigasi untuk mengairi sawah yang alami kekeringan. Tim Upsus dan jajaran Pemda bersepakat untuk lakukan pengaturan alokasi air lewat sistem gilir giling dan diprioritaskan untuk lahan sawah yang mengalami kekeringan atau kondisional.


























