SUKRA, (Fokuspantura.com),- Kebiasaan budidaya padi dengan cara konvensional yang berlangsung lama hingga melekat kuat dalam benak masyarakat petani, menjadi tantangan serius pihak Manajemen PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu guna mengajak para petani merubah mindset agar mencoba sistem budidaya padi dengan cara organik.
Program Budidaya Padi Organik (BPO) yang dirintis sejak dua tahun lalu dengan alokasi anggaran Corporate Social Responsibilty (CSR) dari perusahaan pembangkit listrik yang berkedudukan di Desa Sumuradem Kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu tersebut, kurang mendapat respon positif masyarakat sekitar, kendati begitu pihak manajemen mencoba merangkul salah satu kelompok tani (poktan) di Desa Sumuradem yakni Poktan Subur Tani Mandiri (STM) agar menyediakan lahan untuk dijadikan Demontration Plot (demplot) sebagai percontohan budidaya padi organik, agar petani bisa melihat dan membuktikan langsung tentang obyek yang didemontrasikan.

Hal itu disampaikan, GM. PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu, Ubaedi Susanto, melalui Manajer Keuangan dan Administrasi, Moh. Najib, pada acara panen perdana padi organik, yang dihadiri Muspika Sukra dan sejumlah petani, sekaligus penyerahan sarana pendukung program BPO berupa satu unit kendaraan bermotor roda tiga (minicar) dan satu unit mesin pemotong rumput kepada Poktan Subur Tani Mandiri, bertempat di areal pertanian Blok Sawah Gede Desa Sumurdem Kecamatan Sukra, Rabu (4/12/2019).
Najib mengatakan, peluncuran program BPO yang diawali dengan sosialisasi pada tahun lalu kurang disambut baik, sehingga pihaknya menggandeng poktan STM terkait menyediakan lahan untuk dijadikan demplot seluas tiga bahu atau dua hektaran melalui proses sewa dengan suport budgeting 100 persen dari PJB termasuk biaya operasional secara keseluruhan, prinsipnya adalah untuk mengajak para petani Indramayu khususnya di Kecamatan Sukra agar mau beralih dari budidaya padi secara konvensional atau kimiawi ke budidaya padi organik, guna peningkatan poduksi pangan dan penekanan biaya operasional.
“Prinsipnya adalah kami mengajak petani di Indramayu khususnya di Kecamatan Sukra untuk merobah mindset dari ketergantungan penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia munuju budidaya padi organik karena selain menekan biaya operasional hasil produksinya jauh lebih baik dan kedepan akan ada pengembangan sekitar sepuluh bahu atau kisaran hektaran,” ujarnya.

Sementara, Camat Sukra, Achmad Mansyur, mengatakan, panen perdana pada areal demplot padi organik akan dijadikan tolak ukur tingkat keberhasilan poktan STM selaku pengelolah, sehingga diharapkan akan menarik kepeminatan petani lainnya untuk melakukan budidaya padi organik, dengan begitu akan mendorong peningkatan kesejahteraan petani itu sendiri, untuk itu butuh kerjasama yang lebih optimal antara perusahaan denan para petani melalui kelompok taninya.
“Panen perdana ini dijadikan tolak ukur keberhasilan program BPO dari PT. PJB, untuk itu berharap program tersebut bisa berkesinambungan,” tandasnya.

Ditempat yang sama, Ketua Poktan STM, Akmad Puryani, mengakui, dari sample ubinan 2 meter persegi padi organik yang dipanen saat ini dapati pendapatan padi 1,1 – 1,2 kilogram sedangkan untuk tanaman yang menggunakan kimiawi sample ubinan hanya mencapai 0,8 – 0,9 kilogram, itu berarti tingkat produksi lebih baik, kemudian dari biaya operasional ada penurunan sebesar 40 persen untuk pupuk, sedangkan untuk obat-obat sepenuhnya menggunakan organik.
“Awalnya kami ragu sehingga minta jaminan dari perusahaan mulai dari sewa tanah hingga biaya operasional keseluruhan, namun dari perolehan produksi saat ini untuk musim tanam selanjutnya akan ada perluasan lahan padi organik atas permintaan petani itu sendiri,” ungkapnya.