Rencana pengembangan SPPO tersebut disikapi serius pihak Manajemen PT. PJB UBJOM PLTU Indramayu yang dijadikan salah satu proyeksi program CSR perusahaan guna mendorong peningkatan kesejahteraan petani yang ada dilingkungan sekitar PLTU Indramayu.
Berlangsungkegiatan penyuluhan kepada para Kelompok Tani (Poktan) se Kecamatan Sukra dengan narasumber pelopor petani oeganik yang tergabung dalam komunitas Suko Tani Probolinggo, bertempat di aula Kantor Kecamatan Sukra, Senin – Selasa (22-23/1/2019).
GM. PT PJB UBJOM PLTU Indramayu, Jakfar Sadiq, melalui, Supervisor Senior Umum dan CSR, Bol Nasir, mengatakan, pengembangan pola SPPO merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap kondisi pertanian yang ada di wilayah Kecamatan Sukra, dengan maksud memulihkan kembali kondisi lahan yang nilai produktifitasnya mengalami penurunan sehingga terjadi pengurangan hasil dari tanaman padi, selain itu melalui SPPO ini bertujuan pula untuk menekan kadar toxic yang ada pada padi akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
“Akibat penggunaan pupuk kimia yang cukup lama dan penggunaan pestisida berlebihan, maka terjadi penurunan kualitas lahan yang berdampak pada penurunan produksi pula,” ujarnya baru – baru ini.
Nasir mengatakan, mengenai realisasi SPPO dari program CSR PT. PJB ini, agar bisa berkesinambungan, namun upaya itu dikembalikan lagi kepada respon petani guna merobah pola tanam yang sebelum dengan sistem kimiawi untuk beralih dengan pola organik.
“Kami akan evaluasi sejauh mana respon petani terhadap pola organik sehingga alokasi CSR untuk masyarakat benar – benar tepat sasaran,” terangnya.
Sementara itu, pelopor petani organik, Suko Tani Probolinggo, penerima Proper Emas dari Kemen LHK tahun 2017/2018, Abdul Nasir, disela kegiatan penyuluhan, mengatakan, sitem tanam dengan metode organik mulai dirintis sejak tahun 2008, dengan meramu pupuk organik dengan menggunakan bahan – bahan yang ada di lingkungan sekitar, adapun tingkat keberhasilannya tersebut baru teruji mulai tahun 2014 hingga sekarang dengan pembuktian hasil produksi meningkat secara signifikan dari 6 – 7 ton per hektar bisa mencapai 12 ton per hektar.
“Sistem organik yang berhasil kami terapkan di Probolinggo, kami coba sosialisasikan kepada masyarakat Kecamatan Sukra, dimana hamparannya tidak jauh betbeda dengan Probolinggo yakni berada di dataran rendah,” ungkapnya.