BULAN RAMADHAN adalah bulan dimana semua amalan ibadah dilipat gandakan pahalanya, permintaan taubat diterima dan dijauhkan dari siksa api neraka, sebagaimana dalam beberapa hadits disebutkan. Namun Ramadhan tahun 1441 hijriyah ini, umat muslim seluruh Indonesia, diperhadapkan pada situasi yang kurang menguntungkan untuk bisa istiqamah dalam menjalankan amaliyah – amaliyah yang menjadi siar agama islam seperti taraweh berjamaah, mengumandangkan tadarus alquran, buka puasa bersama dan amaliyah sosial lainnya dengan pembatasan akibat Pandemi Covid-19 yang melanda bangsa ini dalam dua bulan terahir.
Sebagaimana dimaklumi bersama, bagi seorang muslim akan dapat diterima ibadah shaumnya selama satu bulan penuh, jika mampu menguasai dan berhasil menundukkan hawa nafsunya, dari perkataan, perbuatan bahkan hatinya guna mengoptimalkan ibadah secara ikhlash. Maka memaknai Idul Fitri bisa dijadikan sebagai hari kemenangan baginya, karena dianggap telah mampu menguasai hawa nafsu tersebut. Bahkan dalam istilah lain ditulisakan, laksana bayi yang baru lahir, suci dan bersih, membutuhkan perjuangan yang panjang.
Lalu, apakah kita layak menyandang predikat itu ?, dan apakah kita telah memperoleh kemenangan selama satu bulan penuh puasa secara fisik yakni menjaga hal – hal yang bisa mengurangi kwalitas pahala shaum ?, bahkan dalam benak kita juga, apakah selama puasa ramadhan tahun ini akan mempu memeperbaiki amalan dan nilai kebaikan pada 11 bulan berikutnya.
Bahkan, poster ucapan Minal ‘Aidin tersebar dimana – mana, sebagaimana lumrahnya publik figur tentunya dengan tujuan positif, bahkan kita ingin di hari lebaran nanti semua fitrah dan Allah SWT ampuni segala dosa – dosa termasuk kepada orang yang kita dzalimi, orang yang kita ambil haknya dengan bathil, lalu ketika kita tidak meminta maaf kepada mereka Allah tidak akan terima permohonan ampunan kita sampai orang yang kita dzalimi memaafkan terlebih dahulu.
Pertanyaan lagi yang lebih mendesah pikiran batin kita adalah layakkah kita menyatakan kemenangan dan suci dari dosa, sementara selama ramadhan kita lebih sibuk membuat dan mengumpulkan makanan dari pada berinfak, lebih sibuk belanja di pasar dan mal-mal dari pada ‘itikaf di masjid menantikan lailatul qadr. Ataukah shaum yang kita lakukan sekedar agar bebas tugas, ritual-simbolik, serta sebatas menahan lapar dan dahaga, seperti yang pernah dinyatakan Nabi Muhamad Saw bahwa kebanyakan manusia tidak mendapatkan apa-apa dari amalan puasanya selain lapar dan dahaga.
Sahabat ku sekalian, manusia tidak luput dari salah dan alfa, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kehendak dan irodat Nya, maka untuk menjawab kebisingan nalar berfikir kita dalam melaksanakan satu bulan penuh ibadah puasa saat ini, segala sesuatunya adalah milik Allah, maka predikat yang akan kita raih bersama – sama diahir bulan suci Ramadhan ini hanya Allah yang tau.
Ahirnya, marilah kita lengkapi kesempurnaan ibadah puasa ramadhan tahun ini dipenghujung amaliyah shaum tahun 1441 Hijriyah ini, saya atas nama pribadi, keluarga dan Ketua DPRD Indramayu menyampaikan permohonan maaf yang sebesar – sebsarnya, kepada seluruh warga masyarakat Kabupaten Indramayu, jika selama mengemban amanah sebagai Anggota DPRD Indramayu terdapat kesalahan, tindakan atau kebijakan yang menurut masyarakat sangat menyakitkan bahkan tidak sesuai harapan, kiranya dapat dibukakan pintu maaf yang sebesar – besarnya.
Mari kita hadapi kondisi bangsa ini, dengan bersama – sama ikhtiar dan senantiasa memanjatkan do’a untuk Kabupaten Indramayu yang kita cintai sebagai daerah yang aman, damai baldatunthayyibatun warabbun ghafur.
Saya, Syaefudin, selaku Ketua DPRD Indramayu, mengucapkan, Taqabbalallahu Minna Waminkum, Shiyamana Washiyamakum, Taqabbal Ya Karim, Minal ‘Aidin Walfaidzin, semoga kita bersama- sama saling memaafkan dan semua dalam keadaan fitrah.
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thariq.
Indramayu, 29 Ramadhan 1441 Hijriyah.