INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Sekitar 3.500 orang guru SD dan SMP di Kabupaten Indramayu masih berstatus honorer. Ribuan guru itu diinformasikan mendapat honor rata-rata sebesar Rp200 ribu per bulan. Kendati secara nilai upah tidak layak namun para guru honorer tetap bertahan membaktikan diri di sekolah-sekolah negeri.
Pantauan Fokus Pantura, selain diupah sangat kecil dan bahkan jauh dari baku kelayakan gaji guru maupun upah minimum regional (UMR) dan dibayar rata-rata setiap tiga bulan sekali , guru-guru honorer pun mendapat beban kerja yang tinggi namun tak sebanding dengan nilai honor yang diterima.
Kepala Seksi (Kasi) Tenaga Teknis (Tentis) Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Indramayu, Tasmo, membenarkan bahwa gaji guru honorer rata-rata sangat kecil. Pasalnya, gaji guru honorer disisihkan dari dana sekolah yang pada umumnya menjadi kebijakan Kepala Sekolah dan komite.
Keberadaan guru honorer sejak tahun 2012, ujar Tasmo, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2012, secara formal tidak diakui. Akibatnya mereka tak bisa ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu melalui anggaran daerah. “Gaji guru honorer tak bisa dimasukkan ke dalam APBD.”, ucap Tasmo, Rabu (19/7).
Tasmo mengungkapkan, tenaga guru honorer itu memang diperlukan mengingat rasio jumlah guru PNS yang kecil dibandingkan jumlah siswa, khususnya di SD Negeri. Menurutnya, rata-rata jumlah guru PNS di 867 SD Negeri yang tersebar di 309 Desa dan 8 Kelurahan di Kabupaten Indramayu, sekitar 3 orang untuk satu SD. “Tiga itu sudah berikut Kepala Sekolah”, ujar Tasmo.
Data Tentis Disdik Kabupaten Indramayu menunjukkan rata-rata untuk satu SD Negeri di Kabupaten Indramayu sedikitnya dibutuhkan 4 guru diluar guru PNS yang ada sejarang ini. Ribuan guru honorer itu diakui telah menutup kekurangan tenaga teknis pendidikan di Kabupaten Indramayu. Sayangnya, pemda tampaknya tak bisa apa-apa untuk sekedar membantu ribuan guru honorer mendapatkan penghasilan sedikit layak.
Data Disdik menunjukkan, terdapat 2.900 guru honorer di 867 SD Negeri di Kabupaten Indramayu. 2.100 diamtaranya mengisi kekosongan pos sebagai guru kelas, 600 guru Olah Raga dan 200 guru Agama Islam. Sedangkan jumlah guru honorer di SMP Negeri se Kabupaten Indramayu mencapai 600 orang. Total seluruhnya 3.500 guru honorer.
Beberapa guru honorer yang dihubungi Fokus Pantura, Rabu (19/7), rata-rata menyatakan pendapat bahwa Pemkab Indramayu dinilai kurang serius membantu nasib guru-guru honorer. Diantaranya realisasi bantuan tunjangan daerah (tunda) belum dialokasikan dengan alasan tidak sesuai ketentuan aturan yang berlaku, padahal selama beberapa tahun belakang, APBD Indramayu mampu mengalokasikan bantuan guru DTA sebesar Rp14,1 miliar.
“Sekalipun dengan honor kecil, saya memberikan kontribusi untuk generasi anak bangsa sebagai guru honor, namun juga perlu diperhatikan nasib-nasib kami, mengingat kami juga punya tanggung jawab keluarga,”tutur sumber.
Ia mengira, dengan bekerja sebagai honor selama 6 tahun ini, pemerintah pusat maupun daerah akan lebih memperhatikan nasib ribuan honorer, apalagi melalui rencana proses rekruitmen CPNS pemerintah pusat melalui jalur umum, menjadi ancaman bagi masa depan ribuan honorer jika informasi tersebut tidak bisa diakses.
“Secara otomatis, jika tidak ada batasan regulasi proses CPNS nanti, kami bisa ditinggalkan dan tidak masuk database dan itu yang menjadi problem, keluahan serta kegelisaan kami,”imbuhnya.
Seperti diketahui,tenaga guru honorer memang diperlukan mengingat rasio jumlah guru PNS yang kecil dibandingkan jumlah siswa, khususnya di SD Negeri. Rata-rata jumlah guru PNS di 867 SD Negeri yang tersebar di 309 Desa dan 8 Kelurahan di Kabupaten Indramayu, sekitar 3 orang untuk satu SD.(Ihsan)