JAKARTA,(Fokuspantura.com),- Pemerintah saat ini terus membahas dan mempersiapkan langkah dalam menghadapi industri generasi ke-empat atau industri 4.0. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0.
Anggota Komisi V DPR RI, H. Daniel Mutaqien Syafiuddin, ST selaku Pengurus Dewan Pimpinan Nasional Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depenas SOKSI) turut andil dalam mewujudkan industri generasi ke-empat, melalui Diskusi Nasional yang mengangkat tema “Revolusi Industri 4.0: Tantangan Para Pekerja”
yang digelar, Senin (07/05/2018) di Aula DPP Golkar Slipi, Jakarta Barat.
Pria yang akrab disapa DMS itu, memberikan catatan kritis dalam menghadapi era digital saat ini, terutama tantangan pekerja dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Pernyataan itu disampaikan bentuk tindak lanjut dari hasil diskusi yang dihadiri sejumlah tokoh penting negeri, diantaranya Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Kepala BNP2TKI Nusron Wahid, Menteri Tenaga Kerja 1999-2000 sekaligus Kader SOKSI Bomer Pasaribu, Dirjen Binapenta Kemenaker RI Maruli Arul Hasoloan, dan Peneliti Senior FISIPOl UGM Eric Hiariej dan Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono.
“Tidak perlu takut menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 karena hal itu adalah sebuah keniscayaan, kuncinya adalah bagaimana kita mempersiapkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) bangsa Indonesia khususnya para pekerja,” tegas DMS dalam rilis yang diterima Fokuspantura.com, Senin(7/5/2018).
Menurutnya, faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.
“Berdasarkan literatur yang saya baca, bahwa Revolusi bisa diartikan sebagai perubahan secara cepat atau perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang atau di suatu tempat. Sementara Industri artinya proses membuat atau menghasilkan suatu barang. Perubahan yang terjadi di Inggris pada abad ke-18 merupakan perubahan dalam memproduksi barang-barang dari penggunaan tenaga manusia kepada mesin-mesin,” tutur Politisi Pantura Indramayu ini.
DMS menjelaskan, Revolusi Industri adalah perubahan cara membuat atau menghasilkan barang yang semula menggunakan tenaga manusia beralih ke tenaga mesin, maka di era revolusi industri 4.0 ini, anak bangsa harus kembali kepada sejarah yakni mampu membuat revolusi ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, mampu menyiapkan SDM yang handal dalam menghadapi perubahan saat ini.
Ia menuturkan, Menteri Perindustrian yang juga Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto, dalam paparan tersebut telah menyiapkan empat langkah strategis agar Indonesia dapat mengimplementasikan Industry 4.0.
Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
Kedua, yakni pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM.
Ketiga, lanjut Airlangga, pihaknya meminta kepada industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.
Keempat, yang diperlukan adalah inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.
“Ketua Umum kami, yang saat ini menjabat Menteri Perindustrian telah menyiapkan langkah-langkah strategis, hal itu dimaksudkan agar bangsa Indonesia mampu menghadapi revolusi industri 4.0 khususnya para pekerja sehingga tidak akan tertinggal dari bangsa lain,” jelas politisi muda asal Kota Mangga Indramayu ini.
Pada kesemparan Diskusi Nasional tersebut, Plt Ketua Umum SOSKI, Bobby Suhardiman menjelaskan, diskusi nasional digelar masih dalam suasana peringatan Mayday atau hari Buruh Dunia,
“Semangat yang dibangun dan selalu menjadi fokus Depenas Soksi mengenai kesejahtraan kalangan buruh yang menjadi roda perkembangan industri akhir akhir ini. Sehingga relevansi kesejahteraan antara buruh dan kemajuan perindustrian Indonesia tentunya,” jelasnya.
Sementara itu, Sekjen Partai Golkar Lodewijk Paulis mengatakan, Indonesia saat ini masih berada pada tataran revolusi industri level kedua dan ketiga. Dengan kata lain, masih berada pada old revolution (revolusi lama).
“Indonesia masih bermain pada industri pada level kedua dan ketiga, kita masih pada tataran old revolution,” kata Lodewijk.
Revolusi industri pertama adalah ketika ditemukannya mesin uap, kemudian revolusi industri kedua ketika listrik mulai digunakan, dan revolusi industri 3.0 ketika dimulainya robotisasi.
Ia menjelaskan, pada revolusi 4.0 semua sistem akan dikoneksikan dengan internet. Ia memberi contoh industri elektronik dan kimia yang akan menerapkan sistem digital.
“Semua sistem dikoneksikan kepada internet. Dengan begitu, kompleksitas dari industri pun meningkat. Sebagai contoh untuk diskusi elektronik dan kimia, akan menerapkan sistem digital,” pungkasnya.
Terkait