JAKARTA,(Fokuspantura.com),- Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMP/sederajat tahun 2018, serentak berlangsung 23-25 April 2018. KPAI tidak membuka posko pengaduan, tetapi sedikitnya mendapatkan 4 pengaduan, yaitu 2 dari orangtua siswa dan dua dari siswa. Selain itu, KPAI juga mengikuti pemberitaan UNBK SMP/Sederajat di media sosial dan media massa, baik online, elektronik dan cetak.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengungkapkan pengadu yang merupakan orangtua siswa menyampaikan kekesalan atas pelaksanaan UNBK SMP/MTs di hari pertama yang mengalami gangguan server pusat sehingga sebagian besar sekolah mengalami keterlambatan memulai UNBK. Laporan yang diterima KPAI pada hari pertama UNBK, satu sekolah swasta di Depok dan satu sekolah di Jakarta memulai sesi pertama pukul 11.00 wib yang seharusnya dimulai pukul 7.30 wib. Akibatnya, sesi kedua dan ketiga mundur juga waktunya dan berakhir sore hari.
Dalam laporannya, Kata Retno, orangtua siswa menyampaikan protes, terkait dampak psikologis anak-anak mereka yang cemas, karena kemunduran waktu ujian begitu lama. Apa yang dipelajari semalam hilang karena anak stres dan kelelahan, sehingga dikhawatirkan hasil UNBK rendah dan berpotensi terhambat diterima saat mendaftar di sekolah pilihan si anak.
KPAI juga menerima laporan dari seorang peserta UNBK SMP/MTs yang merasa tertekan ketika Mendikbud menyampaikan bahwa soal UNBK SMP juga pada level HOTS, yang dibayangkan para siswa, soalnya akan sulit juga sebagaimana kakak kakak SMA yang menyampaikan protesnya melalui media sosial.
“Ananda ini khawatir nilai UNBK nya rendah jika soalnya sulit, shg cita-cita nya untuk melanjutkan ke SMKN akan gagal, padahal dia berasal dari keluarga kurang mampu yang ingin segera bekerja membantu ekonomi keluarganya. Faktanya, soal yang sulit dan tak sesuai kisi-kisi yang diberikan atau dipelajari selama ini.”ujarnya dalam rilis yang diterima Fokuspantura.com,Rabu(25/4/2018).
Kebijakan Tak Siap dan Berpotensi pada Gangguan Psikologis Anak
Pertama, KPAI menyampaikan keprihatinan atas kasus server Kemdikbud untuk UNBK yang mengalami masalah di hari pertama UNBK SMP/MTs sehingga mengakibatkan keterlambatan UNBK di berbagai sekolah. Keterlambatan tidak sekedar 30 menit seperti di sampaikan para pejabat Kemdikbud, karena KPAI menerima laporan dari orangtua yang anaknya mengikuti UNBK SMP, keterlambatan mencapai 3.5 jam. Ujian sesi 1 yang seharusnya dimulai jam 7.30 molor hingga pukul 11.00 WIB. Akibatnya sesi 2 dan 3 juga molor waktunya. Sesi 3 berakhir ujian sekitar pukul 18.00 wib. Tentu saja anak-anak kelelahan menunggu dan berdampak pula psikologis anak-anak.
Kedua, KPAI menyayangkan penjelasan beberapa pejabat Kemdikbud yang menyatakan bahwa Server Kemdikbud bermasalah karena kelebihan beban, dimana peserta UNBK SMP melonjak hingga 100% yaitu mencapai 4.3 juta peserta. Kalau sudah tahu peserta UNBK melonjak drastis, mengapa Kemdikbud tidak mengantisipasi dari awal, sehingga server anjlok mestinya tidak terjadi. Kemdikbud harusnya cara kerjanya preventif bukan reaktif.
Ketiga, KPAI mendukung upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk kualitas ujian nasional, namun upaya-upaya tersebut harus memiliki perspektif anak. Potensi dampak psikologis anak harus menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan.
Keempat, KPAI mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah memenuhi 8 standar nasional pendidikan, terutama standar sarana dan prasarana serta standar pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga proses pembelajaran HOTS dapat dilaksanakan di berbagai sekolah. Sehingga kalau proses pembelajaran nya sudah HOTS maka adil jika soalnya juga HOTS.
“Pemerintah jangan berpikir bahwa meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan kesulitan soal, bukan meningkatkan kualitas pendidik dan sarana prasarana pendidikan yang merata di seluruh Indonesia.”ujar Retno mengahiri.