CIREBON,(Fokuspantura.com),- Pasca Kementerian Kesehatan RI menunjuk Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung sebagai pusat penanganan pasien terduga terjangkit virus Corona di wilayah Jawa Barat, harus diimbangi dengan kelengkapan sumber daya yang dimiliki, mengingat upaya itu sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan kesehatan yang menimpa warga masyarakat.
Anggota Komisi 1 DPRD Jawa Barat, Sri Budihardjo Hermawan mengatakan, penanganan kasus baru yang menjadi kekhawatiran masyarakat Jawa Barat, hendaknya dilakukan secara bersama – sama melibatkan steikholder yang ada. Hal itu bertujuan agar kasus virus Corona tersebut tidak menyebar ke daerah – daerah lain di Jawa Barat.
“Perlu kerjasama semua pihak dalam menghadapi masalah ini,” katanya kepada wartawan, Selasa(28/1/2020).
Sebagai wakil rakyat, penyampaian terkait upaya bersama adalah penting. Artinya kata Budi, tidak akan bisa diselesaikan persoalan bangsa ini, jika berjalan sendiri-sendiri. Oleh karenanya untuk bisa menekan bagaimana agar persoalan dugaan virus Corona yang saat ini sudah masuk kewilayah Jawa Barat harus diselesaikan secara bersama – sama.
“Pemprov Jabar melalui Dinkes, seluruh steikholder yang ada, semua eleman dan para pihak yang terkait, untuk bersama-sama melakukan edukasi dan pencegahan serta kewaspadaan dini dilingkungan masing-masing,” tandas Ketua DPC Partai Demokrat Indramayu ini.
Sementara itu, seperti dilansir detikNews.com menyebutkan, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengisolasi dua orang yang dicurigai mengalami gejala virus corona. Keduanya punya riwayat berkunjung ke negara terdeteksi wabah virus corona.
“Pasien pertama ini pria WN China HG (35) bekerja di Bandung dan satunya lagi HA (24) WNI laki-laki, warga Dago. WN China ini rujukan dari RS Cahya Kawaluyaan dan HA dari RS Borromeus,” kata Dirut RSHS Bandung Nina Susana Dewi kepada wartawan di RSHS Bandung, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Senin (27/1/2020).
Ia menuturkan HG yang merupakan pegawai PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ini dirujuk dari RS Cahya Kawaluyaan pada Minggu (26/1) dengan diagnosa mengalami inspeksi pernafasan atas akut. Pasien juga mengeluhkan panas badan, nyeri tenggorokan. “Pasien baru pulang dari China (Xinhua) 12 Januari lalu. Pasien mengeluhkan demam, nyeri tenggorokan,” menambahkan.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Penanganan Infeksi Khusus RSHS Bandung, Anggraeni Alam mengatakan sudah mengambil spesimen dahak dari tenggorokan dan hidung kedua pasien. Sampel dahak itu akan diuji di laboratorium Litbangkes RI.
“Kita ambil sampel standar WHO. Kita sudah akan mengirim ke Litbangkes. Waktunya tidak cepat, jadi menunggu paling lama 2 harian. Virus ini baru jadi memang butuh waktu lama,” kata Anggraeni.
Hal yang sama juga terjadi di wilayah Kabupaten Cirebon. Wakil Direktur Pelayanan RSUD Waled Cirebon, Dwi Sudarni mengatakan, pasien terduga virus corona tersebut mengalami demam, batuk disertai sesak nafas selama belasan hari.
Pasien merupakan salah seorang pekerja perusahaan swasta yang sempat pergi ke Taiwan pada tanggal 5 Januari 2020 dan pulang ke Tanah Air pada 9 Januari 2020. Pasien berinisial S, warga Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon itu saat ini masih diisolasi di RSUD Waled.
“Bukan buruh migran. Dia merupakan Pegawai perusahaan. Pulang dari Taiwan pada 9 Januari lalu. Sempat dirawat di dokter umum, karena demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Sudah 12 hari merasa sakit, hingga dirujuk ke sini pada jam 10.00 WIB pagi tadi,” kata Dwi.
Pihak medis RS Waled sudah melakukan observasi kondisi pasien dan analisa pemeriksaan lebih dalam terhadap pasien tersebut. Bahkan saat ini kondisi pasien masih stabil. Pihak RSUD masih menungu hasil uji laboratorium terkait dugaan infeksi virus corona terhadap pasien tersebut.
“Masih ada dua hari lagi, kan waktunya 14 hari. Kita masih tunggu hasil laboratorium,” ucapnya.