INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Pernyataan Ketua Organisasi Siswa Sekolah (OSIS) SMP Negeri 1 Lohbener, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, patut diajungi jempol atas keberanianya, menepis tuduhan pungutan liar (pungli) dana kepada siswa yang informasinya sudah beredar dimedia sosial.
Seperti diketahui, akun facebook IK telah mengunggah postingan denga judul “Oknum Wakasek SMPN 1 Lohbener Diduga Hampir Setiap Hari Lakukan Pungli”. Akun IK tersebut membeberkan jika oknum Wakasek SMPN 1 Lohbener Indramayu yaitu Wakasek Kurikulum M dan Wakasek Kesiswaan W, diduga hampir setiap hari lakukan pungli. Hal itu dilakukan hampir setiap hari agar para siswa membayar infak atau ” instruksi paksa” yang setiap hari rata2 antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per siswa. Setiap hari dengan alasan untuk infaq yang tidak jelas pemanfaatannya . Padahal selama pandemi uang dana BOS hampir tidak terpakai dan tanpa pengeluaran karena memang tidak ada kegiatan ekstrakurikuler.
Bahkan, untuk kegiatan pelaksanaan Hari Guru 2021 sekalipun meminta iuran dari semua siswa. Apalagi saat PORAK setelah pelaksanaan UAS, semua siswa juga lagi-lagi dimintai iuran paksa.
Tentu saja siswa dan orang tua merasa sangat keberatan karena uang jajan siswa dan orang tua merasa terbebani di saat pandemi yang serba sulit.
Anehnya Kepala Sekolah seperti melakukan pembiaran , karena merasa diuntungkan semua dana operasional kegiatan ditopang dengan pungli sehingga dana BOS utuh tak tersentuh.
Menanggapi postingan akun facebook tersebut, Ketua OSIS SMPN 1 Lohbener, Rosidah, mengatakan bahwa dirinya membenarkan adanya pungutan dana yang dilakukan oleh organisasinya. Akan tetapi yang harus diluruskan bahwa pungutan dana itu untuk apa dan untuk siapa, tak secepatnya mengarah tuduhan negatif.
Menurut Rosidah, pihaknya tidak membenarkan bahwa pungutan dana yang diramaikan di media sosial FB itu atas perintah sekolah atau intruksi dari kepala sekolah. Justru pihaknya ingin meluruskan bahwa pengumpulan dana yang dijalankan oleh organisasinya itu hasil dari kesepakatan para ketua kelas dan siswa lainnya.
“Apa saja dana yang dikumpulkan, salah satunya dana sumbangsih untuk keluarga siswa saat orang tua nya meninggal dunia dan itu tidak setiap hari namun di saat ada orang tua siswa yang meninggal maka pihak organisasi sekolah langsung terketuk saling berbagi,” katanya saat dikonfirmasi Fokuspantura.com, Selasa (21/12/2021)
Terkait adanya iuran sebesar lima ribu rupiah per siswa dalam tuduhan tersebut, Rosidah, membeberkan, jika uang tersebut dikumpulkan rangka memperingati hari jadi guru dan iuran sebesar dua ribu rupiah untuk kegiatan Pekan Olahraga Antar Kelas (PORAK).
Namun yang harus dipahami, tandas Rosidah, uang urunan tersebut merupakan kreatifas yang terbangun dari siswa ke siswa untuk memberikan penghargaan kepada guru. Tidak ada keterkaitan dengan para Wakasek apalagi Kepala Sekolah. Bahkan secara organisasi, pihaknya tidak gegabah dalam menjalankan program kemanusiaan, yakni sebelum dilakukan urunan itu dirembuk dulu melalui ketua kelasnya masing masing. Ketua kelas baru menyampaikannya kepada rekan rekan siswa lainnya dimasing masing kelas.
“Jujur kegiatan untuk memberikan penghargaan kepada guru dalam rangka hari jadi guru nasional itu benar benar murni kreatifitas siswa. Tidak ada campur tangan dari para Wakasek atau Komite. Dana hasil urunan tersebut juga tidak ada sifat paksaan. Dari total 5.000 tidak semua yang ngasih 5.000 ada ngasih cuma 2000 – 3000 itupun ada yang dicicil ngasinya, “tegas Rosidah.
Ia memeparkan terkait iuran 2000 rupiah untuk kegiatan PORAK yang baru baru ini dilaksanakan, judulnya sama hasil kreatifitas siswa bukan ide atau usulan dari para guru. Iuran tersebut untuk hadiah bagi juara yang mengikuti lomba.
“Pertanyaan saya, apakah ide dan gagasan kami ini salah pak. Iuran untuk memberikan penghargaan kepada guru apakah salah. Iuran untuk memberi hadiah juga apakah salah. Yang kami lakukan murni dari siswa ke siswa, tidak ada campur tangan para Wakasek,”ungkapnya.
Ditempat yang sama Kepala SMPN 1 Lohbener Kabupaten Indramayu Syafii Imanudin mengatakan, pihaknya kaget dengan rumor dimedia sosial bahwa sekolah yang dipimpinnya seringkali melakukan pungutan liar untuk aktifitas kegiatan siswanya.
Ia mengatakan bahwa yang dikatakan Ketua OSIS itu benar, bahwa adanya pungutan dana atau iuran itu murni hasil kreatifitas siswa dan tidak ada campur tangan pihak sekolah.
Sebelumnya ide kreatifitas ini muncul, dirinya sudah mendapatkan laporan dari Wakasek Kesiswaan bahwa ada niat baik yang digagas oleh Pengurus OSIS.
Menurutnya, selama ide dan gagasan itu benar dan jelas kenapa dilarang. Toh hasil urunan dana itu peruntukannya anak anak yang mengatur. Tidak ada satu Wakasek pun yang ikut campur, bahkan program kegiatan tersebut benar benar murni kreatifitas siswa.
“Saya kagum dengan siswa siswa saya. Bahkan saya sampai nangis pada saat perayaan hari guru para siswa memberikan penghargaan berupa barang dan itu di undi semacam doorprize. Semua guru mengambil selembar nomor yang disiapkan oleh pengurus OSIS lalu pengurus OSIS mengundinya nomor dorprize itu. Ada guru yang dapet peralatan mandi, asa juga yang dapet gayung, dan hadiah hiburan lainya yang terjangkau dibelanjakan untuk kenang kenangan dari siswa untuk para gurunya, “ujar Syafii yang juga hadir Ketua Komite Ustad Darsa.
Syafii mengatakan, penjelasan yang dipaparkan Ketua OSIS saat di konfirmasi kepada Fokus Pantura tidak ada yang direkayasa dan itu pernyataan murni dari Pengurus OSIS. Kalau ada pihak luar yang tidak puas dan terkesan sekolah selalu melakukan pungli itu sah sah saja. Namun sangat disayangkan belum mengetahui kejelasannya seperti apa sudah membuat rumor yang tidak benar.
“Sah sah saja orang luar menilai hal semacam itu. Namun sikapi dulu kelapangan supaya jelas siapa yang menggagasnya dan untuk apa hasil urunan itu, Kata Syafii yang mengamini sekolah yang dipimpinnya menjadi heboh. Saya bersama pihak Komite akan membenarkan apa yang menjadi tudingan dilapangan. Bahkan Pengurus OSIS pun berani meluruskan,”tambahnya.