Dinkes Nyatakan PDP Covid-19 Meninggal, Belum Sempat Tes Swab

banner 120x600
INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Kepala Dinas Kesehatan, Kabupaten Indramayu, Deden Bonny Koswara, mengatakan, pasien inisial T (48) tahun yang meninggal dunia di RS Mitra Plumbon Indramayu dengan status PDP belum dilakukan tes swab oleh tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu. Bahkan  dengan meninggalnya pasien tersebut sampai dengan jenazah dikremasi belum didapatkan hasilnya apakah positif/negatif terkena virus Corona.
 
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Pengendalian Covid 19 Indramayu ini, mengatakan,  pasien tersebut datang ke IGD RS Mitra Plumbon Indramayu pada hari Senin, 23 Maret 2020 pukul 16.25 dgn keluhan panas, batuk berdahak, pilek dan sesak nafas, nyeri kepala, nyeri seluruh badan.
 
Menurutnya, mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes, dengan adanya gejala tersebut maka orang itu ditetapkan sebagai PDP (pasien dalam pengawasan). Dengan status itu, kata Deden,  pasien harus segera dilakukan rujukan ke RSUD Indramayu sebagai rujukan Covid 19. Akan tetapi saat menunggu proses rujukan ke RSUD Indramayu, pasien telah meninggal dunia.
 
 
“Untuk pemeriksaan swab belum dilakukan karena menunggu pasien berada di  RSUD Indramayu yang sudah mampu mengambil sampel baik secara SDM maupun alatnya tapi saat dalam proses rujukan pasien sudah meninggal,” kata Deden dalam rilis yang diterima Fokuspantura.com, Kamis,(26/3/2020).
 
 
Deden menambahkan, untuk mengantisipasi kelanjutan dari kejadian tersebut, tim surveillance dari Dinas Kesehatan sudah melakukan penelusuran dan pemantauan terhadap keluarga maupun karyawan pasien tersebut sesuai protap Kemenkes. Selama 14 hari kedepan dan akan mengambil langkah-langkah selanjutnya sesuai protap surveillance tersebut.
 
Deden mengakui, saat ini pihaknya tengah melakukan simulasi membuka perawatan baru jika bed isolasi yang disediakan penuh dan juga berkoordinasi dengan rumah sakit dalam wilayah Indramayu maupun di luar Indramayu jika disini tidak mampu menangani. 
 

Seperti diketahui, dilansir Sehatq.com menyebutkan, pemeriksaan virus corona menggunakan rapid test sudah mulai dijalankan di Indonesia. Banyak orang mengira, tes ini sama dengan pemeriksaan swab tenggorokan yang selama ini dilakukan untuk mendeteksi virus, hanya saja lebih cepat dan praktis. Padahal, anggapan tersebut tidak tepat. Rapid test dan pemeriksaan swab adalah pemeriksaan yang berbeda.

Rapid test corona hanya bisa digunakan sebagai skrining atau penyaringan awal. Sementara itu untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19 hasil pemeriksaan swab lah yang digunakan.

Perbedaan rapid tes corona dan pemeriksaan swab tenggorokan

Ratusan ribu alat rapid test corona sudah masuk Indonesia. Alat ini, nantinya akan digunakan sebagai sarana deteksi awal infeksi virus corona yang semakin meluas. Tes ini berbeda dari pemeriksaan swab tenggorokan dan hidung yang selama ini digunakan untuk menentukan diagnosis COVID-19. Apa bedanya?

1. Jenis sampel yang diambil

Pemeriksaan rapid test yang ada di Indonesia, dilakukan menggunakan sampel darah. Sedangkan pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan.

2. Cara kerja

Rapid test memeriksa virus menggunakan IgG dan IgM yang ada di dalam darah. Apa itu? IgG dan IgM adalah sejenis antibodi yang terbentuk di tubuh saat kita mengalami infeksi virus. Jadi, jika di tubuh terjadi infeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah.

Hasil rapid test dengan sampel darah tersebut, dapat memperlihatkan adanya IgG atau IgM yang terbentuk di tubuh. Jika ada, maka hasil rapid test dinyatakan positif ada infeksi. Namun, hasil tersebut bukanlah diagnosis yang menggambarkan infeksi COVID-19.

Maka dari itu, orang dengan hasil rapid testnya positif, perlu menjalani pemeriksaan lanjutan, yaitu pemeriksaan swab tenggorok atau hidung. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat sebagai patokan diagnosis. Sebab, virus corona akan menempel di hidung atau tenggorokan bagian dalam, saat ia masuk ke tubuh.

Sampel lendir yang diambil dengan metode swab nantinya akan diperiksa menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil akhir dari pemeriksaan ini, nantinya akan benar-benar memperlihatkan apabila ada virus SARS-COV2 (penyebab COVID-19) di tubuh Anda.

3. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil

Rapid test hanya membutuhkan waktu 10-15 menit hingga hasil keluar. Sementara itu, pemeriksaan menggunakan metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk menunjukkan hasil.

Hasil pemeriksaan rapid test maupun PCR juga bisa keluar lebih lama dari itu, apabila kapasitas laboratorium yang digunakan untuk memeriksa sampel, sudah penuh. Sehingga, sampel yang masuk harus antre lama untuk bisa diperiksa.

4. Kelebihan dan kekurangan rapid test

Salah satu kelebihan pemeriksaan rapid test adalah tes ini cepat dan mudah untuk dilakukan. Cara ini juga bisa menjadi alternatif skrining cepat untuk mendata orang-orang yang butuh pemeriksaan lanjutan. Kekurangannya, hasil dari tes ini tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis COVID-19.

Pasien yang positif rapid test harus melalui pemeriksaan lanjutan yaitu swab. Sementara itu pasien yang negatif, idealnya mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Jika tidak memungkinkan untuk mengulang, maka harus tetap isolasi di rumah selama 14 hari.

Mengapa begitu? Karena IgG dan IgM, yaitu antibodi yang diperiksa melalui rapid test, tidak langsung terbentuk begitu Anda terinfeksi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari hingga antibodi tersebut terbentuk. Jadi, kalau Anda menjalani pemeriksaan rapid test hari ini padahal baru terpapar virus corona kemarin, maka kemungkinan besar, hasilnya akan negatif. Inilah yang dinamakan dengan false negative atau negatif palsu.

Begitupun saat hasil rapid testnya positif, bisa saja ternyata false positive atau positif palsu. Sebab, IgG dan IgM akan terbentuk setiap infeksi terjadi dan bukan hanya akibat infeksi COVID-19. Jadi, jika rapid test menunjukkan hasil positif, kemungkinannya ada dua, yaitu Anda benar terinfeksi COVID-19 atau terinfeksi virus lain, seperti demam berdarah , misalnya.

5. Kelebihan dan kekurangan pemeriksaan swab dan PCR

Pengambilan spesimen lendir menggunakan swab dan pemeriksaan menggunakan PCR adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-COV2. Namun sayangnya, pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih rumit.

Pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus. Sehingga, kapasitas pemeriksaan tidak terlalu besar. Oleh karena itu, butuh waktu beberapa hari hingga hasil tes bisa keluar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu