INDRAMAYU,(Fokuspantura.com), Pembongkar puluhan warung remang-remang (warem) dan bangunan liar (bangli) yang disinyalir dijadikan tempat prostitusi di jalur pantura Indramayu diwarnai adu mulut, Sabtu (10/6/2017). Pembongkaran yang dilakukan petugas Satpol Pamong Praja (Satpol PP) dibantu unsur TNI dan Polri ini sempat ditolak penghuni. Mereka beralasan akan membongkar lapaknya sendiri guna mengambil sisa bahan bangunan, namun upayanya gagal hingga warem dan bangli tetap dibongkar. Akibatnya ibu-ibu paruh baya histeris akibat tidak kuasa menahan emosi. Pembongkaran dilakukan guna membersihkan lahan milik negara ini dijadikan lahan prostitusi.
Kemarahan pemilik warung remang-remang di kawasan jalan pantura ini akibat kecewa menyusul usahanya yang sudah berjalan bertahun-tahun digusur oleh petugas gabungan. Mereka menyesalkan dengan sikap pemerintah atas penggusuran lokasi usaha mereka. Bahkan bukan itu saja, salah seorang pemilik warem lainnya juga pingsan. Dia tak kuat menahan tangis karena banguanan miliknya yang baru di renovasi beberapa bulan lalu dibongkar paksa petugas. Petugas yang membongkar kawasan tersebut didasari untuk mensterilkan kawasan pantura dari tempat mesum yang diduga dijadikan transaski prostitusi.
Para pemilik bangunan yang berdiri diatas tanah negara mengaku tidak mendapat kompensasi dari pemerintah. Mereka pun bingung harus pindah mencari lokasi untuk tempat tinggal dan usahanya yang selama ini sudah berjalan. Sementara, kepada pemilik warem dan bangli yang belum dibongkar, Pemkab Indramayu memberikan batas waktu maksimal dua hari. Menyusul kegiatan pembongkaran ini merupakan yang kedua kalinya pada Maret 2016 silam. Namun setelah di bongkar pemilik warem membangun kembali di tempat yang sama. Hanya saja ditempat lain, bangli dan warem liar di Desa Eretankulon, Kecamatan Kandanghaur petugas tetap melakukan pembongkarannya. Puluhan bangunan permanen dan semi permanen termasuk beberapa gubuk yang berjumlah tujuh puluh dua bangunan ditempat ini akhirnya diruntuhkan. Kendati mendapat perlawanan namun petugas tetap melakukan pembongkaran.
Kondisi ini dirasakan salah satu pemilik warung, Een, nampak ia berteriak dan meminta kepada petugas yang memaksa warungnya dibongkar. Ia pun mengaku pasrah dan hanya bisa bersedih atas pembongkaran paksa ini.
“Jangan, jangan dibongkar, biarkan saja pak, kita sendiri saja yang membongkarnya,” terangnya
Een dan ratusan pemilik warung lainnya merasa kecewa atas pembongkaran paksa ini, mereka pun bingung akan mencari penghasilan kemana lagi setelah warung yang sekaligus menjadi rumah mereka dibongkar. Pembongkaran ini pun masih terus berlangsung, akibat pembongkaran ini pun jalur pantura Indramayu sempat tersendat
Koordinator warga pemilik bangli, Budi Asmara mengatakan, rencana Pemkab Indramayu tersebut dinilai terburu-buru dan tidak melihat aspek sosial. Menurutnya, warga mendirikan bangli di sepanjang jalur Pantura karena tidak memiliki tempat tinggal.
Selain itu, bangunan yang ditempatinya digunakan untuk usaha dagang. Seharusnya pemerintah mencari solusi agar pemilik bangli tidak telantar setelah dibongkar.
“Kami di sini sudah puluhan tahun tinggal dan membuka usaha. Kalau sampai jadi dibongkar, nanti akan tinggal dimana, kami juga mempunyai anak yang masih sekolah dan mereka membutuhkan tempat tinggal,” ujar Budi
Ia mengatakan, para pemilik bangli menyadari bahwa tanah milik negara di kawasan pantura tersebut tidak boleh dibuat bangunan. Hanya saja, pemiliknya sendiri dalam hal ini Bina Marga pada Kementerian PUPR, diam saja. Bahkan sebagian dari bangli yang ada telah mendapatkan izin meskipun sementara.
“Kami akan pergi dari sini atau membongkar sendiri bangunan yang kita tempati apabila ada permintaan dari Bina Marga selaku pemiliknya. Oleh karenanya, kami meminta pemkab jangan terburu-buru membongkar. Setidaknya, diberikan toleransi sehabis Lebaran. Kami ingin berjualan dulu di waktu arus mudik dan balik Lebaran. Karena momen tersebut dimanfaatkan membuka usaha warung dadakan dan hasilnya bisa buat kebutuhan Lebaran,” ungkapnya.
Saat ini pemerintah setempat tengah gencar melakukan pembongkaran terhadap bangli dan warem yang berdiri diatas tanah negara yang kerap dijadikan tempat mesum untuk dijadikan tempat esek-esek atau prostitusi. Dan hingga beberapa hari kedepan, Pemkab Indramayu masih akan membersihkan kawasan lokalisasi di beberapa kecamatan lainnya.
Seperti diketahui, pembongkaran kawasan lokalisasi dan warung remang-remang di sepanjang jalur pantura Kandanghaur, Kabupaten Indramayu pernah dilakukan, Sabtu (19/3/2016) diwarnai ricuh.
Sejumlah orang yang mengatasnakaman ormas yang meminta penundaan pembongkaran terlibat dengan petugas Satuan Polisi Pamong (satpol PP) Kabupaten Indramayu yang mengawal pembongkaran.
Sejumlah anggota ormas terlibat keributan dengan petugas Satpol PP Kabupaten Indramayu saat akan dilakukan pembongkaran bangunan liar warung makan yang berada di tepian jalan Pantura Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Anggota ormas yang meminta penundaan pembongkaran ditolak oleh petugas Satpol PP yang sudah meratakan bangunan liar lainnya.
Sempat terjadi saling serang antara ormas tersebut dengan anggota Satpol PP. Namun akhirnya berhasil direda saat aparat kepolisian dari Polres Indramayu.
Petugas yang menenangkan anggota ormas selanjutnya pembongkaran pun dilakukan. Pembongkaran bangunan liar yang dijadikan lokalisasi prostitusi atau warung remang-remang ini dilakukan atas desakan warga yang resah dengan kawasan tersebut.
Di sepanjang kawasan Pantura Kandanghaur, berdasarkan data dari kecamatan setempat sedikitnya berdiri 140 bangunan liar (bangli) yang dijadikan warung remang-remang. Ratusan bangli ditempat itu digusur dengan menggunakan dua alat berat escavator.
Pembongkaran ini sesuai dengan perda tentang ketertiban umum dan bangunan liar di tanah negara.
“Pembongkaran yang dilakukan ini mengacu kepada penertiban umum. Pasalnya, berdirinya bangunan liar mengganggu akses saluran irigasi yang mengakibatkan mengganggu areal pertanian. Bangunan yang dirobohkan tersebut rata-rata digunakan untuk tempat prostitusi, ” papar Camat Kandanghaur, Iim Nurohim.
Sementara itu, sejumlah pemilik warung mengaku kecewa, meski harus pasrah menerima keadaan.(R.Cahyadi/Ihsan)