Giat Pengawasan Pemprov Jabar, SWH Paparkan Faktor Penyebab dan Solusi Kenakalan Remaja di Sekolah

banner 120x600

INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Wakil Rakyat Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat XII, Sri Wahyuni Utami Herman, menekankan pentingnya penanganan serius terhadap kenakalan remaja di lingkungan sekolah saat melaksanakan kegiatan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Sabtu, 6 Desember 2025.

Dalam kegiatan tersebut, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat ini memaparkan bahwa kenakalan remaja di sekolah terjadi akibat interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, baik dari dalam diri remaja maupun lingkungan sekitarnya.

“Remaja sedang berada pada fase pencarian jati diri. Perubahan biologis dan emosional yang tidak diimbangi dengan pengendalian diri yang baik dapat memicu perilaku menyimpang,” ujar Sri Wahyuni Utami Herman.

Selain faktor internal, SWH juga menyoroti faktor keluarga sebagai penyebab utama kenakalan remaja. Kurangnya bimbingan, pengawasan, serta keharmonisan dalam keluarga mendorong remaja mencari perhatian dan pengakuan di luar rumah, termasuk di lingkungan sekolah.

Tak kalah penting, faktor lingkungan dan teman sebaya turut berperan besar. Pengaruh negatif dari pergaulan dapat mendorong remaja melakukan perilaku berisiko demi diterima dalam kelompoknya. Sementara itu, dari sisi faktor sekolah, lemahnya penegakan aturan, komunikasi yang kurang efektif antar komponen sekolah, serta lingkungan belajar yang tidak kondusif juga memperbesar potensi terjadinya kenakalan remaja.

Dalam pengawasan tersebut, SWH juga memaparkan langkah-langkah penanganan yang perlu dilakukan secara menyeluruh.

Pada aspek pencegahan (preventif), ia menekankan pentingnya membangun komunikasi yang efektif antara guru, siswa, dan orang tua melalui saluran komunikasi yang terbuka. Selain itu, penguatan pendidikan moral dan keagamaan dinilai penting untuk menanamkan nilai-nilai positif sebagai pedoman perilaku siswa. Keterlibatan psikolog atau konselor profesional juga diperlukan untuk membantu remaja yang mengalami permasalahan.

Sementara pada aspek penindakan (represif), Sri Wahyuni Utami Herman mendorong sekolah untuk memiliki aturan yang jelas dan konsisten serta diterapkan secara adil. Ia menegaskan bahwa hukuman terhadap siswa harus bersifat mendidik dan bertujuan menyadarkan, bukan sekadar menghukum secara fisik. Di samping itu, penyediaan kegiatan positif seperti ekstrakurikuler dan pusat aktivitas kreatif dinilai efektif untuk menyalurkan energi remaja ke arah yang lebih produktif.

“Pengawasan ini bertujuan memastikan bahwa kebijakan pendidikan dan perlindungan remaja benar-benar berjalan di lapangan. Kita ingin sekolah menjadi ruang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang generasi muda Jawa Barat,” tegas SWH.

Melalui kegiatan pengawasan ini, SWH berharap terbangun sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja di lingkungan pendidikan.(Red/Adv/FP).

 

 

Mau copas berita, silahkan izin dulu
Mau copas berita, silahkan izin dulu