INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Kondisi memprihatinkan dialami lebih dari 30 Kepala Keluarga (KK) di Blok Kalenyamin, Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, yang hingga kini masih terisolasi akibat buruknya akses jalan lingkungan. Jalur penghubung utama menuju permukiman warga tersebut tak layak digunakan, terlebih saat air rob pasang.
Warga mengaku jalan yang mereka lalui sehari-hari masih berupa tanah becek dan berlubang, bahkan sebagian tergenang air laut. Ironisnya, kawasan tersebut belum tersentuh program pembangunan dari Dana Desa.
Salah satu warga, Wandi(72), mengatakan sudah lama berharap adanya perhatian pemerintah agar akses jalan dapat segera diperbaiki.
“Kalau hujan atau air laut pasang, kami sulit keluar. Anak-anak sekolah harus jalan kaki lewat lumpur. Kami berharap pemerintah desa dan kabupaten bisa memperhatikan,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Indramayu, Maulana Malik, memastikan pihaknya sudah meninjau langsung kondisi lapangan di wilayah tersebut. Dalam kunjungannya, Dinas PUPR juga menurunkan amfibi excavator untuk meninggikan tanggul sekaligus membuka akses jalan sementara bagi warga yang terisolir.
“Kami tidak hanya fokus pada peninggian tanggul untuk menahan air rob, tapi juga memastikan warga bisa kembali beraktivitas. Akses jalan masyarakat akan kami perbaiki secara bertahap,” kata Maulana Malik, Sabtu (8/11/2026).
Pemerintah Kabupaten Indramayu melalui Dinas PUPR berkomitmen melanjutkan penanganan kawasan pesisir Eretan secara berkelanjutan, agar warga yang selama ini terisolir dapat menikmati sarana infrastruktur yang layak serta terbebas dari ancaman banjir rob.
Sementara, Kuwu Desa Eretan Wetan, Edi Suhaedi, mengungkapkan, perihal akses jalan puluhan warga yang terisolir akibat banjir rob, pemdes tidak dapat mengalokasikan anggaran infrastruktur untuk lokasi tersebut, mengingat ruas jalan dengan panjang kisaran 600 an meter yang terendam banjir rob adalah tanggul empang yang statusnya milik beberapa warga lain dan pemilik empang tersebut merasa keberatan jika harus dihibakan menjadi jalan umum.
“Kalau belum tersentuh DD iya, karena akses yang digunakan adalah tanam milik pribadi dan pemiliknya keberatan maka kami tidak bisa mengalokasikan anggaran,” ungkapnya.
Solusi lain yang pernah ditawarkan ke warga adalah relokasi akan tetapi beberapa diantaranya memilih bertahan dan minta dibuatkan rumah panggung.
“Totalnya ada 47 rumah sebagian besar memilih relokasi, namun sebagian lagi yang dimungkinkan dari kelompok yang menggelar aksi mintah dibuatkan rumah panggung plus pebaikan jalan,” pungkas Edi. (Red/FP).


























