SUBANG,(Fokuspantura.com),– Bagi pengendara yang sering melakukan perjalanan rutin di jalur pantura Subang, Kali Sewo tentu sudah ada secara visual dipikiran mereka. Sebuah kali dengan jembatan batas wilayah antara Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Kalau dari arah Jakarta menuju Jawa Tengah, setelah Fly-over Pamanukan dan pasar Pusakanagara, maka beberapa menit kemudian akan melewati jembatan besar yang seberangnya adalah kecamatan Sukra, Indramayu. Jembatan besar inilah yang disebut Jembatan Kali Sewo, atau masyarakat sekiat menyebutnya Jembatan Mbah Sewo.
Dari jembatan ini banyak cerita misterius yang tidak asing bagi pengendara yang sering bepergian melintasi jalur tersebut. Dan di jembatan ini juga sering terjadi kecelakaan yang memakan banyak korban jiwa.
Lalu dari banyaknya kejadian atau kecelakaan lalu lintas di jalur ini, tak ayal cerita mistis yang dikait-kaitkan dengan berbagai peristiwa kecelakaanpun kian berkembang sampai pada kisah-kisah kerajaan siluman yang dipimpin seorang raja siluman buaya putih, yang berlokasi sekitar Jembatan Sewo, yang sering meminta korban jiwa.
Konon untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, menurut keyakinan warga setempat, setiap kendaraan yang melintasi jembatan ini, supir atau siapapun di dalam kendaraan tersebut sebaiknya melemparkan sedikit rizqi mereka ke badan jembatan.
Supir Bus Luragung Jaya, Redy Rahman (43), yang mengaku sudah ratusan kali melintasi jalur ini, secara kasat mata dia tidak pernah melihat apapun di sepanjang badan jembatan, kecuali orang-orang atau warga setempat yang selalu yang siaga dengan peralatan khusus di tangan untuk mengais recehan yang dilemparkan pengendara yang lewat, ungkapnya kepada koran ini, Rabu (14/06/2017).
“Artinya bukan saya tidak percaya dengan hal-hal ghoib, saya percaya itu. Tapi Sebagai suyang lebih saya percaya lagi adalah kehati-hatian serta kewaspadaan pada saat mengendarai kendaraan. Apalagi pada waktu melintasi jembatan Kali Sewo, sebab disepanjang jalan ini banyak orang yag sedang mengais rizqi, dari lemparan uang recehan para supir yang mau bermurah hati,” ujar Redi.
Sementara itu Roswan, salah seorang penyapu koin di jembatan kali sewo, mengaku kalau dia bisa mengumpulkan 50 sampai 120 ribu rupiah setiap harinya. Apalagi di bulan atau menjelang lebaran, penghasilannya bisa sampai dua kali lipat, bahkan bisa lebih dari itu.
“Dari sejak dulu saya ikut jadi penyapu koin disni, saya tidak pernah melihat ada orang tertabrak mobil. Soalnya ketika menyapu koin, walaupun berebutan, kita tetap harus hati-hati. Kehati-hatian itu tidak hanya untuk diri kita, tapi juga untuk pengendara, agar mereka tidak kagok,” ungkapnya.
Ditempat terpisah Kapolres Subang AKBP Yudhi Sulistio Wahid mengatakan, sulit sekali melarang apalagi untuk menghentikan aktifitas warga yang biasa menyapu koin di jembatan sewo. Karena mereka sudah biasa dan bertahun-tahun menjalani hidup seperti itu.
“Apalagi menjelang masa mudik lebaran saat ini jumlahnya semakin banyak, yang mengais uang receh dijembatan kali Sewo ini.” Ujarnya.
Saya selaku Kapolres Subang hanya bisa menghimbau kepada pengguna kendaraan khususnya para pemudik saat melintasi jembatan sewo, untuk tidak melemparkan uang recehan. Karena pada saat melemparkan uang recehan tentu akan mengganggu konsentrasi pengendara, dan ini akan sangat berbahaya. Baik bagi pengendara maupun bagi para pengais koin,” pungkasnya. *(AhyaNurdin)