INDRAMAYU, (Fokuspantura.com),- Proyek Rehabilitasi Bendungan Cipancuh (RBC) Tahap ll dengan item pekerjaan renovasi tanggul yang berlangsung sekitar bulan Nopember 2021 lalu disinyalir bermasalah. Pasalnya proyek dengan nilai miliaran rupiah yang dikerjakan oleh PT BA sebelumnya sempat terhenti lantaran volume air Waduk Cipancuh masih tinggi ditambah lagi belum adanya kesepakatan antara pihak pelaksana proyek dengn petani terkait kebutuhan air baku untuk lahan Daerah Irigasi (DI) Cipancuh, dengan luasan kisaran 6.000 hektar yang berada di wilayah Kecamatan Haurgeulis dan Gantar Kabupaten Indramayu.
Hingga kemudian di gelar kegiatan sosialisai penangguhan aktifitas tanam untuk MT. ll 2022 dan MT. l 2022/2023, terkait RBC Tahap ll, yang dihadiri sejumlah pejabat penting BBWS Citarum, Perum Jasa Tirta (PJT) II, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Project yakni PT. BA serta unsur Muspika, Pemdes dan petani penggarap lahan DI Cipancuh yang tergabung dalam Forum Komunitas Wadukan (FKW) Cipancuh, di aula Kantor Desa Haurgeulis, Kamis (24/2/2022) lalu, disepakati pekerjaan dengan aspek resiko tinggi yakni pengupasan tanggul akan dilakukan pada pertengahan bulan Mei 2022 dan untuk aktifitas tanam tetap berlangsung, selain itu pelaksana proyek dalam hal penggunaan material harus sesuai dengan spec, salah satunya batu untuk bronjong, dimana ada dugaan penggunaan batu yang tidak sesuai dengan standarisasi proyek, sehingga perlu dilakukan pemilahan/penyortiran batu.
Kendati begitu, fakta dilapangan pihak PT. BA tetap melakukan aktifitas pekerjaan pemasangan pancang dan bronjong dengan memanfaatkan material yang ada yang diduga tanpa dilakukan pemilahan batu.
“Hasil kesepakatan pekerjaan skala besar akan dilakukan pada pertengahan Mei mengingat petani masih membutuhkan air, kalaupun pihak Brantas akan melangsungkan pekerja itu yang tidak mengganggu aliran air,” kata Ketua FKW Cipancuh, Warsono yang akrab disapa Ucok, ketika meninjau pekerjaan bronjong tanggul Waduk Cipancuh, Sabtu (2/4/2022).
Ditempat yang sama, Sekertaris FKW Cipancuh, Usin Sugianto, menegaskan kembali, terkait adanya komitmen antara semua pihak bahwa material batu yang digunakan untuk pemasangan bronjong adalah yang benar-benar memenuhi spec, jika material yang sudah tersedia akan digunkan maka sebelumnya dilakukan pemilahan, akan tetapi faktanya pemilahan batu tersebut sepertinya tidak dilakukan.
“Sudah sekitar lebih dari 100 meter pekerjaan bronjong tidak ada penyortiran batu, kami menduga material batu yang sudah terpasang sebagian tidak memenuhi spec,” terangnya.
Usin juga mengatakan, jika kita flshback terhadap kesepakatan sosialisasi, bahwa yang diutamakan adalah keselamatan, artinya bukan hanya permasalahan penggunaan air saja yang dibahas akan tetapi kualitas pekerjaan itu merupakan hal utama keselamatan kedepan, sehingga pihak pelaksana harus benar menjaga kulitas mulai dari material hingga teknik pekerjaan, akan tetapi seperti yang dilihat sebelumnya ada sekitar 100 unit dump truk batu yang kualitasnya kurang baik, kemudian dipasang untuk bronjong.
“Kalau sudah kadung material itu datang, kami toleransi untuk disortir dulu disaksikan semua pihak, ini mah uji lab belum, sortir belum eh sudah terpasang,” ungkapnya.
Usin menegaskan, pihaknya tidak menghendaki seperti proyek sebelumnya, dimana selesai pekerjaan begitu volume air wadukan tinggi terjadi longsor, jika pihak pelaksana mengedepankan aspek ekonomi maka hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan sebelumnya.
“Ini bermasalah, sebab jika asal-asalan mending ga ada proyek, karena begitu selesai pekerjaan mereka bubar, sementara ribuan warga disekitar wadukan akan menanggung resikonya,” tandasnya.
Terpisah Project Manager PT BA, Gilang Bobby Hilmawan, mengatakan, untuk pengadaan material melalui bebarapa proses, mulai dari uji lab hingga material itu datang dan ada diantara material dari kuwari yang diduga tidak memenuhi spek, sehingga dilakukan penyortiran, untuk yang memenuhi spek digunakan pemasangan bronjong, sedangkan yang tidak memenuhi spek dijadikan metalin untuk perbaikan akses jalan yang rusak, sementara untuk memisahkan antara material yang bisa dipakai dan tidak diberi pembatas berupa police line.
“Material yang didatangngkan sudah melalui beberapa tahap diawali dengan uji lab dan juga penyortiran,” katanya.
Terkait tidak dilibatkannya FKW Cipancuh pada proses penyortiran, Gilang mengatakan, pihaknya mempersilahkan perwakilan masyarakat untuk turut menyaksikan proses penyortiran, namun karena ini masuk wilayah proyek, maka untuk perwakilan warga akan dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai ketentuan Safety Project. Kemudian mengenai progress pekerjaan, saat ini dilakukan pekerjaan dengan resiko kecil sedangkan untuk major project akan dilangsungkan pertengahan Mei dimana padanmusim kemarau nanti akan dilakukan penambahan pekerja untuk over time.
“Prinsipnya perusahaan kami akan tetap menjaga kualitas mulai dari awal hingga akhir pekerjaan, termasuk melakukan pemeliharan pasca pekerjaan,” ungkapnya.


























