HAURGEULIS, (Fokuspantura.com),- Kondisi kekeringan yang melanda sebagian besar areal pertanian di Kabupaten Indramayu, ternyata tidak berpengaruh bagi wilayah pertanian di Kecamatan Haurgeulis. Hal itu bisa dilihat dari prosentase keberahasilan petani yang ada diwilayah kecamatan tersebut yang hanya sebagian kecil tidak bisa melakukan cocok tanam di musim gadu tahun ini.
Seperti halnya Desa Sidadadi Kecamatan Haurgeulis, keberadaan embung yang ada di desa tersebut, telah membantu menyelamatkan sebagian lahan pertanian dari hamparan seluas 900 hektar, sekitar 90 persen dari luasan lahan tersebut, bisa panen dengan hasil produksi memuaskan.
“Meski hanya mampu mengairi 50 persen dari luas hamparan pertanian, keberadaan embung sidadadi telah mampu menyelamatkan lahan pertanian di desa kami,” ujar Kepala Desa Sidadadi H. Komarudin, diruang kerjanya, Rabu (30/7/2019).
Ia mengatakan, selain dari embung pengadaan sumber air baku guna penyelematan lahan pertanian di musim gadu ll menggunakan sistem pompanisasi dari irigasi sekunder dan sebagian lagi bersumber dari air tanah melalui bor pantek.
Adapun kendala terkait pengelolahan Embung Sidadadi, lanjut Komar, masih belum optimalnya penyediaan saluran irigasi sebagai pendukung pendistribusian air baku terhadap lahan pertanian, kemudian kebutuhan listrik yang tinggi untuk pompa inlet yang menaikan air dari sungai Cipancuh sebagai suplesi embung merupakan bagian dari permasalahan yang perlu disolusikan.
“Kami berharap adanya optimalisasi penyediaan infrastruktur berupa irigasi guna pendistribusian air dari embung menuju lahan pertanian termasuk permasalahan pemenuhan kebutuhan listrik yang dipandang perlu untuk disolusikan,” ungkapnya.
Menyinggung tentang proyeksi pengembangan embung, Komar mengatakan, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan sejumlah warga tentang rencana budidaya ikan tawar dengan metode kerambah apung yang pengembangannya dibawah pengelolahan Bumdes, sehingga diharapkan menjadi salah satu solusi untuk membantu anggaran kebutuhan biaya listrik setiap bulannya.
“Kondisi air embung dimusim kemarau dengan elevansi sekitar 2,5 meter dari dasar embung maka dinggap layak jika diproyeksikan untuk pengembangan ikan air tawar kolam terapung, adapun nilai profit dari pengembangan usaha tersebut bisa membantu biaya kebutuhan listrik disamping upaya dari para petani, dimana nilai kebutuhan listrik tersebut bisa mencapai 30 – 40 jutaan perbulan dengan daya 90 ribu watt,” pungkasnya.
Terkait