Oleh : Aji Rastaji
SETIDAKNYA ada tiga nama srikandi (tokoh perempuan) dalam ingar-bingar jelang pemilihan bupati (Pilbup) Kabupaten Indramayu 2020 ini. Ketiga nama tersebut adalah Ratnawati (Partai Demokrat), Nina Agustina (PDIP) dan Ami Anggraeni (Partai Golkar/PG). Sejak awal tahun, wajah ketiga wanita ini menyebar pada tampilan banner dan baliho diseluruh wilayah Indramayu dengan tagline sama yakni sebagai bakal calon bupati (bacabup) atau bakal calon wakil bupati (bacawabup).
Kehadiran mereka tentu menjadi sebuah catatan sejarah, meskipun memang bukan sejarah baru. Persis seperti apa yang pernah dikatakan Sheryl Kara Sandberg (Chief Opperating Officer Facebook) bahwa “tantangan sebenarnya akan datang saat wanita berpengaruh jumlahnya sedikit”. Pesan motivasi Sheryl itu bisa jadi memengaruhi ketiganya untuk menjawab tantangan di Kabupaten Indramayu kini dan mendatang.
Dalam beragam pendapat yang muncul, nama Ratnawati masih kalah populer dari Nina dan Ami. Dua nama terakhir diprediksi akan masuk dalam bursa Pilbup atas berbagai pertimbangan tertentu dari partai pengusung nantinya. Hanya saja, secara kuantitatif Ami menjadi salah satu srikandi yang lebih patut diperhitungkan kemunculannya. Selain berasal dari PG, partai peraih kursi terbanyak di DPRD Indramayu (22 kursi), Ami disebut-sebut sebagai alternatif ideal untuk komposisi cabup-cawabup.
Kabupaten Indramayu memiliki 31 kecamatan membentang mulai barat (berbatasan dengan Kabupaten Subang) , Tengah dan Selatan (berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Sumedang) serta timur (berbatasan dengan Kabupaten Cirebon). Secara geografis, sebaran suara pemilih tentu akan menjadi celah berharga bagi partai yang akan bertarung dalam Pilbup Indramayu nantinya. Dan lagi-lagi Ami memperoleh keuntungan besar dalam konteks geografis tersebut. Sebab ia berasal dari Kecamatan Losarang, wilayah tengah Indramayu, sehingga memiliki potensi sangat kuat bisa memengaruhi perolehan suara di inbar dan Indramayu tengah secara mutlak.
Isu-isu primordial yang selama ini mengemuka tentang “Indramayu barat” (inbar) dan “Indramayu timur” selalu menjadi modal propaganda hampir semua partai peserta Pilbup. Ini fakta yang tidak bisa dibantah. Sebab isu inbar bisa dibuktikan dalam perolehan suara pilbup sebelumnya.
Pada tahun 2015 lalu, pasangan Anna-Supendi, mampu mendulang banyak suara hingga memenangkan kontestasi Pilbup. Suara pemilih dari sebagian besar kecamatan di inbar menjadi penentu kemenanga. Kondisi itu tentu saja karena keberadaan Supendi yang dengan cermat digandeng PG sebagai cawabup untuk menyedot suara besar dari inbar. Supendi merupakan sosok birokrat senior berasal dari sebuah kecamatan di wilayah inbar.
Lalu mengapa Ami menjadi simpul penting perolehan suara bagi siapapun partai pengusungnya, terutama bagi PG. Kalau dicermati secara matang, pernyataan diatas tentu bukan tanpa alasan. Di internal PG saat ini ada empat nama yang mengalir dalam bursa pencalonan Pilbup Indramayu yakni Daniel Muttaqien Syafiuddin (DMS), Syaefudin, Taufik Hidayat dan Ami Anggraeni. Sudah menjadi rahasia umum sebenarnya nama DMS,Syaefudin dan Taufik justru menimbulkan tensi panas di PG. Ada rivalitas sengit antara DMS dan Syaefudin yang diketahui akan menjadi sumber potensi perpecahan internal PG. Kondisi tersebut tentu saja menjadi risiko besar bagi PG atas klaim hilangnya suara pemilih akibat perpecahan. Maka PG Indramayu tentu harus memilih jalan tengah yang aman.
Ami bisa menjadi jalan tengah yang aman dengan skenario kompromis matang. Ia bisa saja akan mendampingi siapapun pemegang rekomendasi DPP PG berisi penunjukkan sebagai cabup. Atau Ami justru akan dipinang partai lain (jika Ami berani melompat keluar dari PG). Semua bertujuan sama yakni untuk mendongkrak suara pemilih dari wilayah inbar dan Indramayu tengah. Dengan kata lain Ami telah menjelma menjadi srikandi pemikat dalam Pilbup Indramayu 9 Desember 2020 nantinya.
Analisa sederhana yang saya sampaikan nyatanya sejalan dengan hasil survei Citra Komunikasi Lingkar Survei Indonesia (Cikom-LSI) Network Denny JA mengenai preferensi Pilbup Indramayu. Hasil survei Cikom-LSI baru-baru ini semakin mempertegas kekuatan politik dan ketokohan Ami. Dalam semua kelompok nama-nama yang ditanya kepada koresponden, Ami selalu masuk dalam lima besar. Artinya secara elektabilitas maupun ketokohan, ia patut disebut sebagai “kuda hitam” PG jika ingin memenangkan Pilbup Indramayu.
Semuanya memang masih menjadi bahan mentah bagi seluruh partai yang akan berpartisipasi dalam Pilbup Indramayu mendatang. Mereka masih harus meracik komposisi yang tepat agar bisa menang. Namun karena penentu kemenangan adalah jumlah suara pemilih, maka pertimbangan yang masuk akal bagi partai adalah tokoh yang diusung harus mampu menjadi magnet bagi para pemilih. Sebagai penutup, saya mengutip sebuah kalimat bijak dari Linda Lambert yakni “setiap orang memiliki hak, tanggung jawab dan kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin”. Serta sebuah ungkapan dari David Lloyd George yakni “jangan takut mengambil sebuah langkah besar jika memang itu yang perlu dilakukan. Anda tak mungkin menyeberangi lubang yang besar dengan dua langkah kecil”.
*)Penulis adalah Pengamat Sosial dan Politik Daerah Tinggal di Indramayu
Terkait