INDRAMAYU,(Fokuspantura.com),- Forum Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Indramayu, menegaskan sikapnya dalam Pemilihan Bupati Indramayu tahun 2020. Mereka berkumpul dan menyatakan sikap dengan mendesak Dedi Wahidi (Dewa) untuk maju di Pilkada Indramayu 09 Desember mendatang.
Koordinator Forum DPAC PKB, Azun Mauzun mengatakan, arus bawah sebagai garda terdepan PKB Indramayu menggelar pertemuan sebagai ikhtiar dalam menghadapi Pilkada Indramayu. Dari hasil ikhtiar itu, pihaknya mendesak dan mengusulkan Dewa untuk maju dan menjadi kandidat Calon Bupati (Cabup) dari PKB.
“Senior PKB berkumpul menyatakan sikap bahwa satu-satunya calon yang bisa membawa perubahan Kabupaten Indramayu hanya Bapak Dewa,” ucapnya.
Menurutnya, yang mendasari desakan dukungan arus bawah Forum DPAC untuk Dewa itu karena anggota komisi V DPR RI paling senior dibandingkan Ketua DPC PKB Kabupaten Indramayu.
“Yang sangat mendasar adalah Bapak Dewa paling senior di antara calon lainnya dan sudah berpengalaman di eksekutif maupun legislatif dan respon dari masyarakat luas. Kalau Ketua DPC sepak terjang dan kiprahnya masih kurang,” ungkapnya.
Terkait dengan Surat Persetujuan Desk Pilkada Indramayu Nomor 341 /DESK-PILKADA/PKB/VII/2020 yang menyetujui dan merekomendasikan Muhamad Sholihin sebagai Calon Bupati Indramayu pada Pilkada tahun 2020, Azun menilainya bukan rekomendasi melainkan surat tugas.
“Itu bukan rekom (rekomendasi-red) tapi surat tugas. Kami menghormati surat tugas tersebut,” paparnya.
Sehingga, dengan belum turunnya rekomendasi dan belum final, pihaknya memiliki sikap dan tetap setia untuk mengusung Dewa.
“Selagi rekom itu belum turun kami para arus bawah akan terus berjuang karena beliau (Dedi Wahidi-red) pilihan terbaik kami,” tegasnya.
Meski demikian, pihaknya akan menerima jika memang rekomendasi dari DPP tidak untuk calon yang diusung oleh para veteran PKB yakni Dedi Wahidi.
“Konsekuensi sebagai kader. Siapapun yang di usung ya kita dukung dengan beberapa catatan-catatan,” pungkasnya.
Sementara itu, Pemerhati Politik Elektoral Indramayu, Adlan Daie dalam rilisnya, Jum’at (17/7/2020) kemarin mengatakan, secara update terbitnya surat DPP PKB no. 341/DESK-PILKADA/PKB/VII/2020 tentang penugasan DPP PKB kepada Moh Solihin sebagai bakal calon bupati Indramayu meskipun dari sisi bobot politis problematis karena tidak di tanda tangani langsung oleh ketua umum dan sekretaris jenderal DPP PKB melainkan oleh ketua Desk pilkada DPP PKB adalah salah satu bukti dari kecanggihan manuver politiknya.
Terbitnya surat penugasan di atas seolah menghapus jejak bahwa dulu DPC PKB Indramayu di bawah kepemimpinannya pernah membuka pendaftaran penjaringan bakal calon bupati Indramayu tanggung jawab politik ketua DPC PKB untuk melanjutkan prosesnya ke jenjang struktural partai di atas nya sampai tahapan fit and proper test di level DPP PKB. Hingga kini sejumlah bakal cakon bupati pendaftar lewat pintu DPC PKB Indramayu menunggu tindak lanjut dan kejelasan positioningnya. Inilah resiko atau tantangan pertama dari manuver politik Moh.Solihin untuk diurai kerumitan tali temali politiknya.
Dari sisi struktural partai sebagai ketua DPC PKB Indramayu sebenarnya wajar jika Moh. Solihin mendapatkan penugasan dari DPP PKB terlepas dari persoalan cara dan jalan untuk mendapatkan surat penugasan tersebut. Problemnya ibarat permainan sepakbola Moh. Solihin adalah wasit atau hakim garis bahkan mungkin ibarat seorang pelatih penyusun skema dan ritme permainan ikut terlibat bermain di lapangan. Permainan menjadi ambyar sebelum peluit panjang tanda dimulai ditiup. Dengan kata lain tahapan fit and proper belum berjalan justru skema permainan baru dimulai.
Di luar problem kerumitan tali temali politiknya di atas, konten atau substansi surat penugasannya menjelaskan dengan syarat syarat yang mengikutinya :
Pertama, bahwa penugasan terhadap Moh. Solihin tersebut untuk posisi sebagai BAKAL BUPATI bukan untuk posisi WAKIL BUPATI. Mereposisi diri sebagai bakal calon wakil bupati atau mengalihkannya ke bakal calon lain bukanlah persoalan sederhana secara politis. Batu uji untuk beradaptasi dengan kemungkinan resistensi atau bahkan penolakan di lingkungan internal partainya adalah resiko kedua yang dihadapi Moh.Solihin dari manuver politiknya setidaknya bukan jalan datar melainkan jalan terjal dan berliku untuk dilalui.
Kedua, rentang waktu berlakunya surat penugasan untuk Moh. Solihin di atas hingga tanggal 25 Juli 2020 ke depan bukanlah waktu yang leluasa untuk membangun koalisi yang rumit dengan partai lain dalam mencukupi syarat minimalis mengusung bakal pasangan calon tentu dalam posisi Moh. Solihin adalah sebagai bakal calon bupati (bukan wakil bupati) sebagaimana secara eksplisit disebutkan dalam surat penugasan diatas. Melampaui deadline atau limited waktu yang ditentukan dapat dipandang sebuah kegagalan oleh Desk pilkada DPP PKB. Inilah bagian dari resiko ketiga yang dapat dibaca dari manuver Moh. Ssolihin di atas.
Terlepas dari resiko resiko politiknya harus lah diakui bahwa Moh. Solihin adalah politisi “risk taker”, pengambil jalan politik resiko tinggi. Sebuah jalan politik menembus batas diktum politik klasik model Otto Van Bismack, politisi Jerman abad 19 bahwa politik adalah “the art off the possible, art to the next best”, menembus sebuah ketidakmungkinan bagi umum adalah kemungkinan yang dapat ditembusnya dalam keyakinan politiknya untuk suatu posisi pengabdian yang lebih baik ke depan.
Dengan kata lain, Moh. Solihin mengikuti petuah para politisi NU seperti Idham Kholid, Subhan ZE, atau Gusdur untuk tidak menjadi pendorong mobil mogok melainkan mencoba beranjak mengemudikannya sendirii. Dalam ibarat lain sejatinya dan seharusnya jiwa politisi secara “given for granted” ditakdirkan memiliki “ruh” lokomotif penggerak bagi nasib gerbong panjang rakyat di belakangnya. Dalam konteks ini Bung karno dan KH Hasyim Asy’ari misalnya telah membuktikan dan namanya dikenang melampaui batas jamannya. Kita pemetik hasil dan penikmatnya hari ini.
Maka, selanjutnya marilah kita tunggu semangat politisi hari ini menjawab kegelisahan jamannya dan terpanggil menjadi pengemudi atau masinis penggerak lokomotif perubahan. Bukan sekedar pengemudi berani ambil resiko dengan manuver di jalanan yang menghadirkan kecemasan penumpangnya melainkan juga memiliki jam terbang mengemudi yang lihai untuk memastikan para penumpang bergegas naik mobil atau gerbong kereta karena merasa tenang dan aman sampai tujuan.
“Dalam konteks perjuangan pilkada Indramayu 2020 pengemudi semacam inilah yang dibutuhkan kendaraan sebesar PKB,” terang Adlan.